Pemerintah mengeluarkan program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) untuk mempercepat pemulihan kondisi di tengah situasi pandemi. Gerindra mendukung kebijakan ini karena meyakini sebagian besar alokasi digunakan untuk sektor UMKM dan memperkuat BUMN.
"Bila dilihat dari komposisi alokasinya, saya melihat pemerintah cukup komprehensif memperhatikan sektor-sektor yang perlu diberikan stimulus. Dalam catatan saya, lebih dari 65% alokasi anggaran digunakan untuk stimulus ke masyarakat miskin dan UMKM. Angka ini sekitar Rp 420 Triliun dari sekitar Rp 640 Triliun yang disiapkan," tutur anggota Komisi VI dari Fraksi Gerindra Andre dalam keterangan tertulis, Rabu (3/6/2020).
Andre kemudian menjabarkan catatannya. Rincian alokasi dana untuk masyarakat miskin dan sektor UMKM di antaranya untuk dukungan konsumsi bagi rumah tangga miskin, rentan dan terdampak Covid 19 sebesar Rp 172,1 Triliun, subsidi bunga untuk UMKM Rp 34,15 Triliun, insentif perpajakan untuk UMMK sebesar Rp 123,01 Triliun , alokasi untuk penjaminan kredit modal kerja baru UMKM sebesar Rp 6 Triliun dan penempatan dana pemerintah dalam rangka restrukturisasi kredit UMKM sebesar Rp 87,59 Triliun.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sektor UMKM harus diprioritaskan karena sektor ini menyerap mayoritas tenaga kerja di Indonesia. Selain sektor UMKM, pemerintah juga perlu untuk menstimulus BUMN. BUMN itu seperti lokomotif, membawa gerbong ekonomi kita. BUMN yang perlu distimulus terutama BUMN yang menjalankan penugasan dan proyek strategis nasional," ungkap Ketua DPR Gerindra Sumatera Barat ini.
Khusus untuk stimulus ke BUMN, Andre menjelaskan bahwa stimulus ini penting untuk memastikan pelayanan kepada masyarakat luas dapat terus berlangsung dengan baik seperti penyediaan listrik dan BBM. Termasuk juga untuk memastikan program-program untuk UMKM seperti Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan Kredit Ultra Mikro dapat berjalan dengan baik.
Andre memaparkan bahwa bentuk stimulus ke BUMN terdiri dari beberapa dukungan, antara lain pertama, pecepatan pembayaran utang subsidi/kompensasi pemerintah ke BUMN yang menjalankan fungsi penugasan seperti PLN dan Pertamina, kedua PMN (Penyertaan Modal Negara) untuk BUMN yang menjalankan proyek strategis nasional agar rencana pembangunan kita tetap dapat berjalan dan ketiga, pemberian dana talangan sementara kepada BUMN yang mengalami tekanan arus kas akibat Covid-19.
"Saya mengkritisi teman-teman yang terlalu naif mempolitisir keadaan krisis yang sedang berusaha kita atasi bersama, ada yang mengatakan bahwa alokasi ini untuk memuluskan salah satu menteri menjadi Capres di 2024 misalnya. Saya rasa pemerintah yag dinahkodai oleh Kemenko Perekonomian dan Kementerian Keuangan sudah cukup komprehensif dalam menentukan alokasi dana Program Ekonomi Nasional. Sekarang tinggal bagaimana implementasi dan evaluasinya. Evaluasi harus berkala dilakukan untuk melihat apakah kebijakan alokasi ini efektif atau tidak," kata Andre.
(fjp/tor)