Selama bulan Ramadhan, pahala amalan umat Islam dilipatgandakan termasuk saat membaca Al-Qur'an. Banyak orang berlomba mengkhatamkan Al Quran selama bulan puasa. Ada yang membaca cepat untuk mengejar khatam, beberapa melafalkan dengan pelan dan lembut, dan tak sedikit juga yang membaca dengan biasa saja sambil memahami artinya.
Lalu, membaca Al-Qur'an seperti apa yang lebih dianjurkan?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Shaikh Muhammad bin Saalih Al-`Uthaymeen dalam Fatawa Islamiyah menjelaskan, membaca Al-Qur'an secara lambat sebetulnya bukan suatu yang wajib. Cara ini juga tidak berarti lebih baik dibanding yang lain.
Namun, tidak terlalu cepat dipertimbangkan sebagai etika dalam membaca Al-Qur'an. Metode yang terbaik adalah membaca sambil mendalami makna tiap ayat, sehingga paham maksud dari firman Allah SWT.
Membaca terlalu cepat dikhawatirkan menurunkan ketelitian, hingga ada huruf yang terlewat. Kurang huruf berisiko mengubah kata dan makna dalam ayat Al-Qur'an. Akibatnya pesan dalam ayat tidak tersampaikan dengan baik.
Ulama Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah dalam ZΔd Al-MaΚΏΔd menjelaskan, membaca Al-Qur'an cepat dan lambat memiliki pendukung masing-masing. Keduanya tidak salah dan bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
Abdullah ibn MasΚΏud dan Ibnu ΚΏAbbas disebut sebagai ulama yang membaca Al-Qur'an tidak terlalu cepat. Membaca dan memahami isi Al-Qur'an yang kemudian dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari adalah bentuk keimanan.
Mereka yang sekadar membaca berisiko tidak bersikap berdasarkan pesan Al-Qur'an. Sikap munafik ini disinggung Nabi Muhammad SAW dalam hadistnya.
ΩΩΩ ΩΨ«ΩΩΩ Ψ§ΩΩΩ ΩΩΩΨ§ΩΩΩΩ Ψ§ΩΩΩΨ°ΩΩ ΩΩΩΩΨ±ΩΨ£Ω Ψ§ΩΩΩΩΨ±ΩΨ’ΩΩ ΩΩΨ§ΩΨ±ΩΩΩΩΨΩΨ§ΩΩΨ©ΩΨ Ψ±ΩΩΨΩΩΩΨ§ Ψ·ΩΩΩΩΨ¨Ω ΩΩΨ·ΩΨΉΩΩ ΩΩΩΨ§ Ω ΩΨ±ΩΩ
Artinya: "Dan contoh orang munafik yang membaca Al-Qur'an adalah seperti raihana (daun basil) yang aromanya harum tapi rasanya pahit." (HR Bukhari).
Sementara mereka yang cenderung membaca cepat Al-Qur'an, menggunakan salah satu hadits Rasulullah SAW sebagai dasar pilihannya. Hadist shahih ini dinarasikan Ibn Mas'ud.
ΩΨ§Ω Ψ±Ψ³ΩΩ Ψ§ΩΩΩ Ψ΅ΩΩ Ψ§ΩΩΩ ΨΉΩΩΩ ΩΨ³ΩΩ β:β β "βΩ Ω ΩΨ±Ψ£ ΨΨ±ΩΩΨ§ Ω Ω ΩΨͺΨ§Ψ¨ Ψ§ΩΩΩ ΩΩΩ ΨΨ³ΩΨ©Ψ ΩΨ§ΩΨΨ³ΩΨ© Ψ¨ΨΉΨ΄Ψ± Ψ£Ω Ψ«Ψ§ΩΩΨ§ ΩΨ§ Ψ£ΩΩΩβ:β Ψ£ΩΩ ΨΨ±ΩΨ ΩΩΩΩ Ψ£ΩΩ ΨΨ±ΩΨ ΩΩΨ§Ω ΨΨ±ΩΨ ΩΩ ΩΩ ΨΨ±Ωβ"
Artinya: Rasulullah SAW berkata, "Siapa saja yang membaca satu huruf dalam Al-Qur'an akan mendapat pahala, dan pahala tersebut dilipatgandakan 10 kali. Aku tidak berkata Alif-Lam-Mim adalah satu huruf namun Alif adalah satu huruf, Lam adalah satu huruf, dan Mim adalah satu huruf." (HR Tirmidzi).
Para pendukung metode membaca Al-Qur'an juga menggunakan dasar kisah Utsman bin Affan dalam kitab Al-Sunan Al-Kubra. Dalam kitab yang ditulis Imam Al-Baihaqi tersebut, Utsman diceritakan membaca seluruh isi Al-Qur'an dalam satu rakaat sholat.
Dari pendapat tersebut, Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah menarik kesimpulan yang bisa menjadi pedoman. Membaca Al-Qur'an cepat atau pelan tentu memiliki kelebihan dan kekurangannya sendiri.
"Mereka yang membaca perlahan seperti menyumbang satu permata bermutu baik, atau membebaskan satu budak yang jelas kualitasnya. Sedangkan yang membaca cepat seperti menyumbang banyak dirham, atau membebaskan beberapa budak yang belum diketahui kualitasnya," tulis Ibnu Qayyim.
Metode membaca Al-Qur'an cepat atau lambat yang dipilih, jangan sampai mengganggu pemahaman firman Allah SWT dalam kehidupan sehari-hari. Pemahaman yang baik memudahkan penerapan ayat Al-Qur'an tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
(row/erd)