Sebut Rapid Test Screening Pengujian Corona, Gugus Tugas: PCR Tes Terbatas

Sebut Rapid Test Screening Pengujian Corona, Gugus Tugas: PCR Tes Terbatas

Tiara Aliya Azzahra - detikNews
Selasa, 05 Mei 2020 14:33 WIB
Pemerintah Kota Bekasi menggelar tes massal corona terhadap penumpang KRL di Stasiun Bekasi. Tes kali ini menggunakan alat yang lebih akurat berupa polymerase chain reaction (PCR). Agung Pambudhy/Detikcom. 

1. Penumpang Commuter line mengikuti test massal COVID 19 dengan metode polymerase chain reaction (PCR) di Stasiun Bekasi, Jawa Barat, Selasa (5/5/2020).
2. Sebanyak 300 penumpang kereta dipilih secara random mengikuti tes ini. 
3. Metode tes PCR adalah mengetes spesimen yang diambil dari dahak di dalam tenggorokan dan hidung lalu diswab. 
4. Tes ini dianggap paling akurat dibandingkan rapid test yang hanya untuk mendeteksi reaksi imun dalam tubuh.
5. Data terkini kasus positif Covid-19 di Kota Bekasi telah mencapai 249 orang. Pasien sembuh corona 126, dalam perawatan 95, sedangkan meninggal 28 orang.
6. Test ini dibantu petugas dari RSUD Kota Bekasi dan Dinkes Kota Bekasi.
7. Sebelum masuk ke stasiun, penumpang lebih dulu menjalai tes PCR secara acak. Setelah itu, sampel lemdir dari hidung akan diuji di Labiratorium Kesehatan Kota Bekasi.
8. Hasil pemeriksaan ini diharapkan memberi gambaran kondisi penumpang β€ŽKRL apakah ada yang terpapar COVID-19 atau tidak.
9. Sebelumnya di KRL ada tiga orang yang dinyatakan positif virus COVID-19 berdasarkan hasil test swab PCR yang dilakukan pada 325 calonβ€Ž penumpang dan petugas KAI di Stasiun Bogor. 
10. Sejumlah kepala daerah meminta pemerintah pusat untuk menstop operasional KRL guna menghambat penyebaran virus COVID-19
11. Hingga 4 Mei 2020 di Indonesia terdapat 11.587 kasus COVID-19 dengan kasus kematian 864 meninggal dan 1.954 sembuh.
12. Sampai kemarin pemerintah telah menguji 112.965 spesimen dari 83.012 orang di 46 laboratorium.
Ilustrasi Tes terkait Virus Corona (Agung Pambudhy/detikcom)
Jakarta -

Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19, Wiku Adisasmito meminta agar alur pengujian virus Corona (COVID-19) dijalankan secara sistematis. Hal ini perlu dilakukan karena laboratorium uji polymerase chain reaction (PCR) di Indonesia terbatas.

Sejauh ini, Indonesia telah menerapkan tiga metode tes COVID-19 yaitu PCR, rapid test (RDT), dan tes cepat molekuler (TCM). Dari tiga metode ini, tes PCR dinilai memiliki sensitivitas tinggi yang dijadikan standar pemeriksaan Corona di seluruh dunia.

"Tesnya memang ada beberapa jenis, selama ini, ada tiga jenis. Pertama, tes gold standar PCR. PCR ini memiliki sensitivitas tinggi sekitar 95% dan ini yang dipakai seluruh dunia untuk pastikan apabila swab diambil dari hidung dan tenggorokan bisa tunjukkan positif atau negatif SARS COV2," kata Wiku dalam siaran langsung di YouTube BNPB, Selasa (5/5/2020).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Meskipun pemerintah menetapkan tes PCR sebagai gold standard pemeriksaan COVID-19, saat ini Indonesia masih terkendala oleh jumlah laboratorium PCR.

"Jadi sudah kami sampaikan yang gold standard gunakan (adalah) PCR, tapi fasilitas menggunakan PCR lokasinya terbatas," ungkapnya.

ADVERTISEMENT

Kondisi inilah yang menyebabkan pemerintah menetapkan alur pengujian yang sifatnya sistematis. Alur pengujian yang dimaksud adalah setiap orang akan diperiksa dengan metode pemeriksaan rapid test terlebih dahulu, sebelum tes PCR. Ketika RDT menunjukkan hasil positif, barulah masyarakat bisa lakukan tes lanjutan dengan metode tes PCR.

"Maka dari itu bisa gunakan rapid test dulu, kalau positif harus konfirmasi dengan PCR," tutur Wiku.

Wiku mengatakan bahwa alur ini ditetapkan seiring dengan banyaknya masyarakat yang menjalani tes COVID-19. Untuk itu, rapid test bisa berfungsi sebagai screening dalam menentukan siapa saja yang berhak menjalani tes PCR.

"Pentingnya adalah keterbatasan fasilitas PCR dan harus ditangani ahli yang kerja di laboratorium. Karena banyaknya masyarakat itu dengan rapid test bisa jadi screening untuk gunakan tes selanjutnya," jelasnya.

Selain PCR dan rapid test, terdapat metode pemeriksaan lainnya yaitu TCM. Sama seperti PCR, TCM memiliki rasio sensitivitas dan spesifisitas tinggi sehingga bisa dijadikan alternatif selain tes PCR.

"Kalau ada tes cepat molekuler bisa juga setelah rapid test lakukan ke TCM," terang Wiku.

Metode ini menggunakan alat tes yang sama dengan pemeriksaan penyakit TBC dan HIV. Bedanya, TCM membutuhkan kit tes tambahan berupa kaset atau cartridge khusus COVID-19.

"Tes cepat molekuler jadi gunakan tes secara tepat gunakan molekuler dan miliki sensitivitas dan spesifisitas cukup tinggi sekitar 95%. Sebenarnya ini untuk tes penyakit lain, seperti TBC, HIV. Alat ini (digunakan dengan) mengganti alat tesnya berupa cardridge bisa diganti khusus COVID-19 dan kalau dipakai sensitif dan (hasil tes) cepat keluarnya," paparnya.

Meskipun alat TCM sudah diterapkan di Indonesia, Wiku mengakui bahwa Indonesia masih kesulitan mendapatkan cartridge COVID-19. Karena, seluruh dunia sedang bersaing mendapatkannya.

"Alat ini tersebar di banyak tempat tapi masalahnya cartridge atau kaset kesulitan didapat karena seluruh dunia bersaing dapatkan itu," tutup Wiku.

(elz/elz)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads