Tradisi menunggu waktu berbuka puasa atau ngabuburit pada Ramadhan tahun ini terasa berbeda. Ngabuburit jadi tak lazim di masa pandemi Corona. Bahkan, ngabuburit di luar, kini jadi perbuatan terlarang.
Kata ngabuburit sendiri berasal dari bahasa Sunda. Merujuk 'Kamus basa Sunda: katut kΔtjap-kΔtjap asing nu geus ilahar' susunan Satjadibrata, ngabuburit (ngadagoan burit) artinya adalah jalan-jalan pada waktu sore hari, untuk menunggu waktu berbuka puasa. Biasanya, aktivitas ini dilakukan dengan berkumpul di jalan untuk sekadar nongkrong atau membeli takjil.
Istilah ngabuburit pun kemudian kian populer dan tak hanya dipakai di daerah Jawa Barat yang didominasi oleh suku Sunda saja. Ngabuburit jadi tradisi di banyak daerah di Indonesia. Namun, kini tradisi itu menjadi tak lazim karena wabah Corona.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Misalnya, di Cianjur, Jawa Barat aktivitas ngabuburit dilarang karena bisa menciptakan kerumunan. Padatnya aktivitas masyarakat berujung penutupan ruas jalan protokol di pusat perbelanjaan wilayah Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Kamis (29/4/2020) sore. Hal itu dilakukan untuk mencegah penyebaran virus Corona setelah ditemukannya pasien positif COVID-19.
Berdasarkan pantauan detikcom, ada dua ruas jalan yang ditutup, yakni Jalan HOS Cokroaminoto dan Jalan Mangunsarkoro. Penutupan dilakukan mulai pukul 16.00 WIB hingga pukul 18.00 WIB.
Jalan yang menjadi pusat ekonomi di wilayah perkotaan Cianjur itu seketika langsung sepi. Padahal biasanya sejak siang hingga menjelang waktu berbuka, ruas jalan tersebut padat, mulai kendaraan hingga pejalan kaki, yang mencari hidangan berbuka puasa ataupun ngabuburit.
Kasat Lantas Polres Cianjur AKP Ricky Adipratama menjelaskan penyekatan tersebut merupakan kedua kalinya pada awal Ramadhan ini. "Penyekatan ini juga dilakukan bukan karena kita tidak sayang sama masyarakat, justru dengan dilakukannya penyekatan kita bisa terhindar dari kerumunan dan penyebaran COVID-19," ujar Ricky di lokasi penutupan jalan.
Ricky menuturkan, penyekatan ini akan dilakukan selama Ramadhan pada sore hingga menjelang Magrib. Namun titik penyekatan tidak hanya di ruas jalan tersebut, tetapi akan disesuaikan dengan ruas jalan yang padat dan banyak kerumunan.
Hal serupa juga terjadi di daerah Jabar lainnya, seperti di Ciamis. Di Ciamis para PKL yang biasa menjajakan aneka menu takjil untuk berbuka, kini hanya bisa mengeluh.
Mereka curhat omzet setiap hari yang didapat tak lebih dari 30 persen karena sepi pembeli. Bahkan, untuk mengganti modal dagangannya, sebagian dari mereka jualan sampai tengah malam.
Pantauan detikcom, Rabu (29/4/2020), seperti tahun sebelumnya, pusat jajanan takjil berada di Alun-alun Ciamis, tepatnya di bawah bilboard. Tampak berjejer rapi gerobak PKL dan lapak aneka menu
Dalam berjualan, mereka menerapkan physical distancing sesuai arahan Pemkab Ciamis. Para pedagang juga diwajibkan menggunakan masker. Di setiap sudut berjaga aparat TNI-Polri, Satpol PP, dan Dishub guna mencegah terjadinya kerumunan warga.
Saat wabah Corona ini, warga hanya diperkenankan membeli takjil, lalu pulang. Tak diperkenankan nongkrong di kawasan Alun-alun Ciamis.
Pedagang mengeluh saat ini akses masuk ke jalan tempat mereka berjualan ditutup petugas, hanya disediakan pintu masuk. Namun pembeli harus memarkir kendaraannya di luar kawasan. Kondisi itu membuat pembeli semakin sepi.
"Jalan masuk ditutup, jadi sepi pembeli. Kalau saja motor bisa lewat, ketika melintas sambil beli, lalu jalan lagi. Apalagi sekarang kondisinya wabah Corona, warga yang ngabuburit juga sedikit," ujar Dirga, penjual pisang keju coklat.
Simak video Hanan Attaki: Harus Happy, Jangan Julid Pas Berbuka Puasa:
Sementara itu, di Cimahi, warga masih nekat untuk ngabuburit. Ruas Jalan Gandawijaya di pusat Kota Cimahi, yang ditutup pemerintah demi menekan aktivitas masyarakat di luar rumah selama Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) justru dijadikan arena ngabuburit.
Warga memanfaatkan lengangnya jalan untuk mengisi waktu sambil menunggu adzan magrib di bulan Ramadhan. Berbagai kegiatan dilakukan oleh warga.
Ada anak-anak yang bermain bola, bermain sepeda, bermain skateboard, atau hanya sekadar nongkrong-nongkrong di trotoar yang memang menjadi sangat sepi dari pengunjung semenjak ditutup pada 24 April lalu.
Mendapati kabar itu pihak kepolisian langsung menerjunkan personel untuk membubarkan kerumunan warga yang beraktivitas di ruas jalan tersebut.
Kasat Sabhara Polres Cimahi AKP Oeng Choeruman mengatakan pembubaran warga dilakukan dengan memberikan imbauan dan pendekatan persuasif.
"Memang betul ada kerumunan dan aktivitas warga di Jalan Gandawijaya setelah ditutup. Tapi kami sudah tindaklanjuti dengan mengimbau warga membubarkan diri," ujar Oeng saat dihubungi, Senin (27/4/2020).
Selain itu, ngabuburit yang tak lazim lagi ini juga terjadi di Pasuruan, Jawa Timur. Polisi melakukan penjagaan sejumlah lokasi Ngabuburit di Kota Pasuruan. Warga yang masih nekat berkerumun dan tidak tertib physical distancing diminta bubar dan pulang.
Salah satu lokasi favorit warga menghabiskan waktu menunggu bedug berbuka puasa yakni di Pelabuhan Pasuruan. Sejak hari kedua Ramadhan, tempat ini ramai oleh warga. Selain menikmati sejuknya angin pantai, warga juga membeli takjil.
Aparat Polres Pasuruan Kota terjun ke lokasi meminta warga tidak berkerumun. Warga yang membeli takjil diminta langsung pulang setelah mendapatkan menu yang diinginkan.