Pemerintah mengungkap tren kasus positif virus Corona (COVID-19) di DKI Jakarta mulai melambat dan sudah flat. Epidemiolog dari FKM UI, Pandu Riono menilai pemerintah hanya berupaya untuk membuat masyarakat tenang.
"Terlalu cepat menyimpulkan. Tapi saya mengerti kenapa Pak Monardo harus bicara seperti itu supaya menenangkan masyarakat. Semuanya kadang-kadang hanya ingin menenangkan masyarakat, Juli selesai juga untuk menenangkan masyarakat supaya ada kepastian. Tapi bagaimana mewujudkan kepastian itu, itu yang penting," kata Pandu saat dihubungi, Senin (27/4/2020).
Pandu menyebut jumlah kasus yang dilaporkan tinggi atau rendah bergantung pada jumlah yang diperiksa. Menurutnya, jika jumlah yang diperiksa lebih sedikit dari hari sebelumnya sudah pasti angka kasus positif juga menurun.
"Pertanyaannya PDP meningkat nggak? Kalau meningkat itu ada masalah ditesting, jumlah yang dites sama banyak nggak? kalau jumlah yang dites menurun artinya ya pasti kasus yang terkonfimasi menurun karena belum dites. Jadi kalau kita melihat apakah menetap atau tidak seharusnya dari berapa orang yang dites, dan ini yang perlu diinformasikan karena dari berapa orang yang dites itu berapa yang di positif, jadi angka proporsinya nggak ada," katanya.
"Misalnya 100 orang dites, ternyata 50 orang positif, 50 persen. Besok yang dites hanya 50 orang, yang positif 40 orang, artinya jumlah yang dites sedikit. Jadi kalau hanya melihat nilai-nilai mutlak kita bingung, ini nilai dari berapa banyak dari yang sudah dites. Bisa saja angkanya landai atau menurun karena jumlah yang dites terbatas. Jadi kalau jumlah yang ditesting jumlahnya sama atau meningkat baru kita yakin gitu, bahwa ini terjadi penurunan. Tapi selama itu belum diketahui, jangan senang-senang dulu," sambungnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Update Corona di Indonesia: 9.096 Positif, 1.151 Sembuh, 765 Meninggal:
Pandu menyebut untuk menyelesaikan masalah Corona di Indonesia seharusnya pemerintah dapat menerapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) secara serentak di seluruh Indonesia. Sebab, kata dia, virus Corona saat ini sudah tidak mengenal batas wilayah lagi dan tidak tepat memetakan suatu wilayah dengan sebutan zona merah dan zona hijau karena semua wilayah sudah termasuk zona merah.
"Harus serentak (penerapan PSBB), karena virus itu sudah tidak mengenal batas wilayah lagi. Jadi tidak ada istilah zona merah, zona hijau, semua zona itu sudah merah karena itu mengacaukan, nggak ada istilah itu. Karena penyebarannya sudah meluas di komunitas yang kita sebut community transmission. Jadi kita harus membatasi pergerakan perpindahan penduduk antara lain mudik, menghindari kerumunan itu harus benar-benar dipantau supaya benar-benar terwujud. Kalau itu terwujud maka akan terjadi penurunan," jelasnya.
Diketahui sebelumnya, Gugus Tugas Percepatan Penanganan Virus Corona menyebut ada perkembangan baik dalam upaya menekan laju penyebaran virus Corona di DKI Jakarta. Kasus positif virus Corona di Ibu Kota disebut mengalami perlambatan yang amat signifikan.
"Kami jelaskan juga khusus DKI, perkembangan yang terakhir kasus positif telah mengalami perlambatan yang sangat pesat dan saat ini sudah mengalami flat," kata Kepala Gugus Tugas, Doni Monardo, usai ratas, Senin (27/4/2020).
Doni berharap penambahan kasus positif Corona di Jakarta tak terlalu banyak lagi.
"Dan kita berdoa semoga tidak terlalu banyak lagi kasus positif yang terjadi," ucap Doni.