Tersebutlah kampung narkoba di tepian Sungai Kahayan yang tak seberapa jauh dari pusat Kota Palangka Raya. Namun lokasi transaksi narkoba itu kini tinggal nama saja.
Tak sembarangan. Kampung narkoba itu disebut layaknya markas bandar narkoba di Kolombia yang berada di Amerika Selatan. Akses masuk ke kampung itu berliku dengan berbagai penjagaan. Bahkan ada pula menara pemantau yang bisa dengan mudah mengawasi pergerakan siapapun yang ingin mencoba masuk ke dalam kampung itu.
"Memang kampung narkoba di sini seperti di Kolombia--yang ada pakai pos pantau, pakai tower, pakai pos 1, pos 2, pos 3," ujar Kombes Dwi Tunggal Jaladri kepada detikcom, Minggu (26/4/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dwi yang menyandang tanda kepangkatan berupa 3 melati emas di bahunya itu merupakan Kapolres Palangka Raya. Dia sampai geleng-geleng kepala dengan keberanian para penghuni kampung narkoba itu.
"Tiap polisi masuk ke sana, kalau cuma 10 orang pasti dikeroyok sama bandar di sana," ucap Dwi.
Sebegitu ngerikah kampung narkoba itu?
Tonton juga video Gerebek Kampung Narkoba di Palu, Polisi Amankan Duit Rp 382 Juta:
Kisah bermula pada Kamis, 23 Maret lalu ketika 15 orang polisi menyambangi kawasan kampung narkoba yang berada di daerah Puntun, Kelurahan Pahandut, Kecamatan Pahandut itu. Lima belas polisi itu melakukan penggerebekan dan mengamankan 16 paket sabu serta uang tunai.
Penggerebekan ini dilakukan sebagai pengembangan kasus ditangkapnya seorang perempuan yang membawa 4 pil ekstasi. Kepada polisi, perempuan tersebut mengaku mendapatkan ekstasi dari kampung narkoba ini.
![]() |
"Sekembalinya anggota kami (dari lokasi kampung narkoba) dikepung oleh penghuni kampung tersebut sebanyak 50 orang menggunakan parang," kata Dwi.
Dwi lantas meminta bantuan dari Brimob dan Sabhara Polda Kalimantan Tengah (Kalteng). Lima orang yang mengepung anggotanya pun diringkus.
"Sementara yang kita amankan ada 5 orang yang menghalangi. Dan pelaku ini sudah 5 kali ditangkap hingga kali ini, namun tanpa barang bukti padanya. Jadi memang tugasnya hanya memata-matai apabila ada orang dicurigai," tambah Dwi.
Anggota kepolisian dengan persenjataan lengkap itu lantas merangsek lebih jauh ke kampung narkoba. Namun sayang para bandar narkoba di kampung itu sudah melarikan diri.
Ternyata kampung ini bukan sembarangan karena mekanisme pelarian diri para bandar narkoba pun telah diatur. Kok bisa?
Dwi bersama jajarannya menyusuri tiap sudut kampung narkoba. Diketahuilah pada salah satu lokasi terdapat lokasi yang diduga menjadi tempat pelarian para bandar narkoba di sana.
"Ruang dalam lokasi pos penjualan sabu sekaligus untuk memantau petugas, di belakang pos ini disiapkan speedboat untuk evakuasi bila ada penggerebekan dari petugas," ujar Dwi.
Akses pelarian diri pun disebut Dwi tak hanya melalui sungai. Perbatasan lokasi kampung dengan hutan juga disebut menjadi salah satu akses bagi para bandar narkoba melarikan diri.
![]() |
"Bandar masih kita kembangkan karena saat kita gerebek mereka melarikan diri. Dan akses melarikan diri ada (hanya) barang bukti yang ditinggal. Akses untuk melarikan diri ada yang lewat hutan dan sungai. Memang ada speed (boat) di belakang itu yang akan dipakai apabila ada penggerebekan langsung melarikan diri," ungkap Dwi.
Kini menara pemantau di kampung narkoba pun dibumihanguskan. Namun, sebelumnya polisi menggeledah lokasi itu. Apa saja isinya?
Polisi memetakan lokasi kampung narkoba itu yang memiliki tiga lapis gerbang masuk. Pada setiap pos terdapat penjagaan.
"Pos 2 yang merupakan penjagaan luas 2 x 2 meter terbuat dari kayu bentuas atau bengkirai di samping ada pintu gerbang tertutup yang selalu dijaga," kata Dwi.
![]() |
Mereka yang berjaga pun dilengkapi handy talkie untuk bisa berkomunikasi. Selain pos-pos jaga terdapat rumah-rumah kayu yang dijadikan tempat produksi narkoba. Di lokasi itu disebutkan dilarang menggunakan telepon seluler (ponsel).
Menurut Dwi, bandar di sini menjual sabu dengan rentang harga Rp 50 ribu sampai Rp 1 juta. Lokasi ini juga dijadikan tempat pemakaian sabu, terbukti dari ditemukannya alat isap sabu sekitar 20 buah.
Selain itu dari peta lokasi yang diberikan Dwi tampak keterangan lokasi untuk berjudi. Arena judi itu berada dekat dengan portal masuk ke area penjualan narkoba setelah melewati pos 2 penjagaan.
![]() |
Polisi pun kini membakar menara pemantau di lokasi itu. Polisi menyebut para bandar narkoba itu kerap kali berpindah tempat.
"(Dibakar) karena beberapa kali kita lakukan penggerebekan, mereka selalu berpindah dan mereka membuat tempat tersebut untuk melakukan transaksi dan untuk menyabu di tempat tersebut," ujarnya.
(dhn/azr)