Profesor Sosiologi Membedah Mudik vs Pulang Kampung ala Jokowi

Profesor Sosiologi Membedah Mudik vs Pulang Kampung ala Jokowi

Danu Damarjati - detikNews
Kamis, 23 Apr 2020 14:05 WIB
Pemerintah resmi melarang mudik Lebaran bagi masyarakat di tengah masa pandemi Corona. Yuk, lihat lagi momen-momen mudik yang pastinya sangat dirindukan.
Foto ilustrasi: Suasana mudik saat sebelum wabah COVID-19 (Dok. detikcom)
Jakarta -

Presiden Joko Widodo (Jokowi) berpendapat mudik hanya dilakukan saat momen Lebaran saja. Di luar itu, namanya adalah pulang kampung. Profesor sosiologi dari UGM menguraikan perihal aktivitas mudik dan pulang kampung.

"Dua-duanya punya konotasi pergerakan dari titik asal ke titik tujuan. Dalam konteks itu, mungkin lebih tepat disebut sebagai mudik Lebaran," kata sosiolog UGM, Profesor Sunyoto Usman, kepada detikcom, Kamis (23/4/2020).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bila kata 'mudik' digunakan tanpa tambahan 'lebaran', maka artinya cenderung lebih umum. Supaya pembicaraan lebih spesifik, maka Sunyoto menyarankan untuk menggunakan istilah yang lengkap, yakni 'mudik lebaran', yakni aktivitas pulang kampung yang biasa dilakukkan saat momen Idul Fitri.

"Tapi kalau di Madura, itu mudiknya pas Idul Adha, namanya adalah tradisi 'toron'. Banyak orang Madura yang tidak pulang kampung saat Idul Fitri," kata Sunyoto yang merupakan pria asli Jember Jawa Timur ini.

ADVERTISEMENT

Kembali ke mudik lebaran, Sunyoto menjelaskan aktivitas itu dilakukan untuk menyambung kembali kebudayaan yang sekian waktu ditinggalkan oleh perantau. Lewat mudik pula, si perantau menegaskan bahwa dirinya masih merupakan bagian dari komunitas desa yang selama ini ditinggalnya. Si perantau tetap menjadi bagian orang desa karena dia tidak tegas terserap sebagai masyarakat kota.

"Dengan mudik, dia menyatakan diri sebagai bagian masyarakat, supaya tetap diakui sebagai warga desa sebagai tempat afiliasi. Di kota, mereka hanya menempel, tidak berakulturasi penuh dengan masyarakat kota," kata Sunyoto.

Prof Sunyoto Usman, sosiolog UGM. (Dok UGM)Prof Sunyoto Usman, sosiolog UGM. (Dok UGM)

Lalu bagaimana dalam konteks wabah virus Corona sekarang? Masyarakat melakukan aktivitas mudik pula, namun bukan mudik lebaran. Masyarakat pulang dari Jakarta ke desa-desa bukan karena dorongan budaya dan pengakuan masyarakat, melainkan karena desakan ekonomi.

"Konteksnya soal COVID-19, masyarakat tidak mungkin tetap tinggal di kota tanpa ada pendapatan. Hidup di kota tidak mudah dan tidak murah. Kalau di desa, mereka bisa memanfaatkan social-capital yang ada untuk bertahan hidup," kata Sunyoto.

"Aktivitas pulang kampung mungkin tidak dihubungkan masyarakat dengan Idul Fitri," kata Sunyoto.

Untuk menyelamatkan masyarakat dari bahaya mudik saat wabah Corona, perlu ada kebijakan yang mengedepankan interaksi. Pemuka agama, dalam hal ini ustaz atau kiyai, perlu diminta bantuannya untuk memberikan penjelasan ke warga bahwa mudik saat ini bisa berbahaya dan merugikan banyak orang. Jaminan penyaluran kebutuhan bagi masyarakat juga perlu dipastikan tanpa afiliasi tertentu yang sarat tarik-menarik kepentingan golongan.

Sebelumnya, Presiden Jokowi berpandangan aktivitas masyarakat meninggalkan Jakarta dan sekitarnya menuju desa-desa saat wabah Corona bukanlah mudik, melainkan pulang kampung. Soalnya, mudik hanya terjadi saat Lebaran, dan ini belum Lebaran.

"Ya kalau mudik itu di hari Lebaran-nya, beda, untuk merayakan Idul Fitri. Kalau yang namanya pulang kampung itu bekerja di Jakarta, tetapi anak-istrinya ada di kampung," kata Jokowi dalam wawancara eksklusif di acara Mata Najwa yang disiarkan Trans7, Rabu (22/4) tadi malam.

Menurut Jokowi, masyarakat yang tinggal berdesak-desakan di ruang sempit Jakarta lebih berbahaya ketimbang mereka pulang ke desa masing-masing namun melalui mekanisme karantina terlebih dahulu. Jokowi melarang mudik mulai 24 April.

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads