Anggota DPRD Sulsel A Edy Manaf angkat bicara soal insiden penyemprotan disinfektan terhadap dirinya di Kabupaten Bantaeng yang viral di media sosial. Edy menegaskan tidak benar jika disebut dirinya mengamuk dan menolak disemprot disinfektan.
"Jadi memang salah itu kalau disebut saya tidak mau disemprot, jadi ceritanya begini, saya ceritakan dari A sampai Z tanpa ada yang kurang dan lebih," kata Edy kepada detikcom, Rabu (22/4/2020).
Edy menjelaskan, awalnya dia melakukan perjalanan dari Kabupaten Jeneponto menuju Kabupaten Bulukumba. Saat melintasi Bantaeng, dia mengikuti prosedur pemeriksaan dan pengecekan virus Corona yang dilakukan Tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Bantaeng.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi (Senin, 20/4) sekitar setengah 4--pukul 15.30 Wita--kendaraan masuk ke situ (posko pemeriksaan dan pengecekan COVID-19 Bantaeng). Mobil saya ikut arus semua mobil yang masuk ke sana. Jadi ada dua terowongan. Saya lihat terowongan yang satu ini banyak mobil pikap yang itu membawa orang penuh di belakangnya. Saya kemudian ambil kiri (ke terowongan lainnya) ikut ke mobil Avanza putih kalau tidak salah," ujarnya.
Menurut Edy, kendaraannya langsung disemprot cairan disinfektan sesaat setelah memasuki terowongan pemeriksaan. Setelah mengikuti protap penyemprotan, kendaraannya lalu berjalan perlahan.
"Pikiran saya, kalau mobil sudah disemprot, kan sudah selesai," tuturnya.
Setelah kendaraannya disemprot, Edy kemudian hendak melanjutkan perjalanan menuju Bulukumba. Namun, seketika terdengar teriakan seorang ibu petugas COVID-19 Bantaeng melalui pengeras suara, seluruh penumpang diminta turun dari mobil.
"Saya sempat turun, samperin bapak (salah seorang petugas), 'Pak, saya cuma mau lewat di jalan poros dan tidak singgah di Bantaeng'. Pikiran saya gitu, jalan yang kami mau lewati di Bantaeng ini kan jalan (poros) negara, biasanya kan kalau jalan negara kan pemeriksaannya itu kan pakai suhu tubuh, itu di setiap posko-posko," jelasnya.
Namun seorang ibu petugas COVID-19 Bantaeng itu disebutnya tetap berteriak menggunakan pengeras suara meminta penumpang mobil, termasuk Edy, turun dari mobil dan disemprot cairan disinfektan. Pada saat bersamaan, Edy melihat gerombolan penumpang mobil pikap turun dan melintas di depan kendaraannya. Mereka mengantre untuk disemprot cairan disinfektan.
"Jadi saya turun juga, saya pikir, 'Wah bahaya ini karena bergerombol' karena yang di atas mobil pikap itu ada yang tidak pakai masker segala, siapa yang tahu kalau ada yang terpapar (Corona) di situ," ucapnya.
Edy lalu memberhentikan salah seorang petugas yang hendak menyemprot dirinya menggunakan cairan disinfektan. Edy mempertanyakan cairan apa yang dipakai untuk menyemprot penumpang mobil, termasuk dirinya. Edy juga mempersoalkan penyemprotan yang dilakukan terhadap penumpang kendaraan dengan cara bergerombol dan tidak ada jarak.
"Saya bilang ke salah satu petugas, 'Pak, sesuai protap, jangan gini semprotnya'. Baru semprotnya dia pakai itu (alat penyemprot biasa) dia tidak pakai kayak terowongan untuk manusia yang disemprot, ini pakai alat semprot biasa dengan bergerombol di depan saya," paparnya.
"Jadi saya larang, saya bilang, 'Sesuai protap, jangan kayak begini, terus yang mau kau semprot ini apa, cairan disinfektan atau cairan apa', ini kan tidak sesuai standar WHO," lanjutnya.
Aksi Edy ini dinilai telah melawan petugas. Akhirnya petugas yang menggunakan pengeras suara berteriak dengan menyebut Edy telah melawan petugas, dan sejumlah petugas COVID-19 Bantaeng keluar menemui Edy.
"Datanglah orang keluar dari tempat itu, mungkin petugas lain yang lagi istirahat karena dia dengar itu suara berteriak-teriak, menyebarlah. Terus kemudian ada yang langsung menendang drum, ada langsung yang pukul mobil," ungkapnya.
Terjadilah keributan seperti yang terekam dalam video viral. Edy pun mempertanyakan perekam video yang menyebut dirinya mengamuk dan menolak disemprot disinfektan.
"Yang mengamuk siapa? Lihat saja visualnya," tuturnya.
Menurut Edy, saat keributan terjadi dan dirinya diarahkan personel TNI-Polri untuk naik ke mobil, Edy berupaya menemui petugas yang berteriak menggunakan pengeras suara.
"Saya bilang 'Ibu jangan mi pakai pengeras suara'. Eh, tetap dibalas 'Bapak ini melawan'. Terus dia berteriak lagi, 'Siapa pun di sini saya juga anak pejabat'. Saya tetap berusaha datangi, tapi ditarik ke mobil oleh TNI dan polisi. Nah, naik ke mobil adalah yang pukul mobil. Saya bilang sudahlah... daripada ribut," ucapnya.