Kisah Megawati, Penjual Bunga Ziarah Bertahan di Tengah Pandemi Corona

Kisah Megawati, Penjual Bunga Ziarah Bertahan di Tengah Pandemi Corona

Muhammad Ilman Nafi'an - detikNews
Selasa, 21 Apr 2020 17:24 WIB
Penjual bunga ziarah di TPU Jeruk Purut.
Penjual bunga ziarah di TPU Jeruk Purut. (Muhammad Ilman Nafi'an/detikcom)
Jakarta -

Tumpukan bunga tabur yang disimpan di dalam beberapa bal plastik tengah dipindahkan oleh Megawati ke dalam kantong-kantong kecil untuk dia jual. Harganya cukup terjangkau, satu plastik dibanderol Rp 5 ribu, kalau beli Rp 10 ribu bisa dapat tiga plastik. Tergantung tawar-menawar.

Megawati merupakan penjual bunga ziarah yang biasa berdagang di dalam kompleks TPU Jeruk Purut, Jakarta Selatan. Dia menceritakan, menjelang awal Ramadhan, para peziarah yang datang tahun ini sepi.

Berbeda seperti tahun-tahun sebelumnya yang selalu ramai dua minggu sebelum 1 Ramadhan datang. Sepinya pemakaman disebabkan pemerintah meminta masyarakat tidak berziarah kubur menjelang awal Ramadhan untuk mencegah penularan COVID-19.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ya sepi sih, cuma nggak banget-banget. Misalnya kalau tahun-tahun lalu lagi gemuk-gemuk tapi tahun ini ada sih cuma nggak banyak, tapi ibu rasa setiap makam pemerintah pasti seperti ini, kalau wakaf kan nggak ada prosedurnya kalau di sini kan sudah dicap dilarang berkerumun, jangan banyak-banyak," ujar Megawati saat berbincang dengan detikcom di TPU Jeruk Purut, Jakarta Selatan, Selasa (21/4/2020).

Di tengah pandemi ini, Megawati mengaku ikhlas pendapatannya berkurang lebih dari 50 persen. Pada tahun sebelumnya menjelang awal Ramadhan, Megawati mampu mendapat Rp 1-1,5 juta dalam sehari dari hasil menjual bunga.

ADVERTISEMENT

"Kalau lagi rame banget dapat Rp 1-1,5 juta sehari. Kalau lagi begini mah namanya juga pendapatan," ujarnya.

Tapi, Megawati kini hanya mendapat Rp 200 ribu. Padahal, dalam kondisi normal, TPU Jeruk Purut dua minggu sebelum masuk Ramadhan selalu ramai peziarah dan menjadi salah satu andalannya meraup pundi-pundi rupiah.

"Paling 200 ribu sehari. Paling jualnya bunga tabur, kalau bunga vas-vas gitu tertentu aja. Kalau nyekar kan kalau paling banyak bunga tabur sama air mawar," ucapnya.

Tak jarang, bunga-bunga tabur yang sudah dibungkus dalam plastik tak ada yang membeli. Megawati pun harus menanggung rugi, bunga-bunganya tak laku dan layu. Alhasil, bunga dagangannya harus berakhir di tempat sampah.

"Rugi. Kalau (tak laku) itu paling kita buang. Kalau rugi sih nggak nutup modal," ucapnya.

Sedikit menarik napas dalam, Megawati mengaku ikhlas meski bunga dagangannya harus dibuang. Dia menganggap kerugian merupakan bagian dari risiko berdagang.

"Karena kan kita udah biasa jualan gini, istilahnya risiko pedagang apalagi tahun-tahun begini kan ada COVID gini," katanya.

Di warung bunga berukuran sekitar 4x3 meter itu, Megawati berharap pandemi Corona dapat berakhir. Sehingga, aktivitas masyarakat dapat kembali normal.

Halaman 2 dari 2
(idn/idn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads