Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyebut ada perbedaan antara angka kasus Corona yang terdata dan kenyataan di lapangan. Dia menyebut salah satu faktornya adalah terbatasnya kemampuan tes mendeteksi virus COVID-19.
"Kalau data hasil pengetesan, maka data kita sama dengan pemerintah yang disampaikan oleh Gugus Tugas Nasional. Karena itulah hasil pengetesan. Tapi di lapangan kita memang menemukan angka yang berbeda," ujar Anies saat rapat bersama Timwas DPR RI Penanggulangan COVID-19, Kamis (16/4/2020).
Anies menjelaskan, perbedaan yang dimaksud adalah jumlah besaran kemampuan testing virus Corona. Dia menilai dari kasus yang terdata belum mencerminkan fakta di lapangan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk itu, salah satu upaya yang dilakukan Pemprov DKI ialah mendorong untuk ditingkatkan melakukan tes melalui metode PCR. Sebab, Anies mengatakan, menggunakan alat rapid test memiliki potensi kekeliruan yang cukup tinggi.
"Jadi penduduk kita 10 juta. Kalau yang di-testing itu hanya dikit, maka yang positif juga sedikit. Kalau yang di-testing banyak, maka yang positif bisa jadi lebih banyak. Jadi angka positif hari ini belum tentu mencerminkan kenyataan di lapangan, karena kemampuan testing-nya yang terbatas," ungkap Anies.
Selain itu, Anies melihat data kasus yang berhasil sembuh dan meninggal. Dari akumulasi data yang didapat, Anies merasa harus ada testing yang dilakukan lebih serius lagi.
"Kita melihat angka yang kematian juga selain yang recovery. Di situlah menurut saya data ini menggambarkan kepada kita bahwa ada kebutuhan melakukan testing yang amat serius. Kalau kita bisa meningkatkan kemampuan testing, maka kita punya potret yang lebih baik. Tujuannya adalah untuk kita bisa melakukan pencegahan lebih baik. Tapi kalau angka testing-nya tidak dilakukan, ya selalu akan ada selisih yang cukup signifikan," kata Anies.
(idn/fjp)