KPAI menyarankan Kemendikbud membuat kurikulum sekolah darurat selama pandemi Corona. Ini karena banyaknya keluhan siswa terkait pelaksanaan program belajar dari rumah selama pandemi Corona.
Komisioner KPAI Bidang Pendidikan, Retno Listiyarti, mengatakan meski sebelumnya Mendikbud Nadiem Makarim mengimbau para tenaga didik untuk tidak menyelesaikan materi sekolah di kurikulum, namun, menurut Retno, hal itu belum cukup. Dia mengatakan harus ada peraturan yang bisa menjadi patokan para guru dalam memberikan materi di situasi darurat seperti sekarang.
"Untuk kurikulum sekolah darurat ya sebenarnya sebelumnya Pak Menteri sudah bilang dalam surat edaran, jika kurikulum tidak perlu diselesaikan. Namun, itu kan imbauan yang kadang guru-guru tidak mengetahui pasti mana yang harus diselesaikan, mana yang utama dan tidak," kata Retno dalam konferensi pers yang digelar KPAI, Senin (13/4/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Retno menjelaskan, kurikulum sekolah darurat pernah dikeluarkan oleh Kemendikbud sebelumnya pada saat bencana yang terjadi di Palu dan NTB. Kala itu ditetapkan materi yang menjadi poin utama diajarkan dan diuji para peserta didik adalah materi yang sudah diajarkan sebelum bencana terjadi.
Dia mengatakan kebijakan tersebut kemudian diteruskan ke level dinas pendidikan hingga sekolah-sekolah. Retno menyebutkan, kurikulum sekolah darurat tersebut membuat para guru memiliki panduan mana saja materi yang menjadi prioritas untuk diajarkan kepada peserta didik.
Untuk situasi pandemi Corona, maka KPAI menyarankan jika kurikulum sekolah darurat itu digunakan untuk menentukan materi mana yang harus menjadi prioritas pengajaran para guru ke depannya selama pandemi Corona berlangsung. Retno mengatakan setelah 16 Maret diberlakukannya program belajar dari rumah, maka kurikulum sekolah darurat itu akan mengatur materi mana saja yang harus diajarkan setelah penetapan program belajar dari rumah tersebut.
"Kurikulum darurat itu untuk menentukan materi terakhir yang 16 Maret itu mana kemudian yang materi setelahnya yang penting. Guru kemudian akan berkonsentrasi pada materi yang harus ada dan materi inti yang penting tadi. Jadi tidak semua diberikan dan itu kenapa penting adanya kurikulum sekolah darurat selama pandemi COVID-19 ini," jelas Retno.
"Mei mau ujian kenaikan kelas, lalu praktik anak-anak di jenjang SMK juga berlangsung. Dengan pemerintah pusat memerinci materi apa yang penting lewat kurikulum darurat itu, jadi nggak cukup lewat edaran tapi harus juga memberikan rambu-rambu mana yang harus menjadi penting dan guru bisa menjadi konsentrasi di sana dan pada akhirnya tidak membebani murid," sambung Retno.