Gunung Kerinci yang terletak di Propinsi Jambi kini berstatus waspada yang ada di level dua. Dilihat di situs MAGMA Indonesia, status gunung dengan tinggi 3805 mdpl ini sama dengan Gunung Anak Krakatau yang terletak di Lampung Selatan, Lampung.
Status Gunung Kerinci ramai dibicarakan selepas erupsi Gunung Anak Krakatau pada Jumat (10/4/2020). Letusan di Selat Sunda ini kemudian dikaitkan dengan suara dentuman.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Terjadi erupsi G. Anak Krakatau pada hari Jumat, 10 April 2020, pukul 21.58 WIB dengan tinggi kolom abu teramati Β± 200 m di atas puncak (Β± 357 m di atas permukaan laut)," tulis keterangan pada situs Magma Kementerian ESDM.
Gunung Kerinci hingga saat ini tercatat sebagai salah satu gunung api aktif di Indonesia. Sejarah letusan Gunung Kerinci bisa dilihat di situs Badan Geologi Kementerian ESDM.
Berikut sejarah erupsi Gunung Kerinci
1838, 1842, 1874 terjadi letusan di kawah pusat
1878 terjadi letusan freatik di kawah pusat pada 11 Desember
1887, 1908 mungkin terjadi letusan freatik di kawah pusat
1921 terjadi letusan di kawah pusat pada bulan Mei dan Juni
1936 terjadi letusan di kawah pusat
1937 terjadi letusan di kawah pusat pada 8 September
1938 terjadi letusan freatik di kawah pusat dan terbentuk kerucut kecil di dasar kawah antara 19 Januari dan 18 Maret
1952 terjadi letusan abu di kawah pusat pada Januari dan Juni
1960, 1963, 1964 terjadi letusan abu di kawah pusat pada bulan Juli
1967 terjadi letusan abu di kawah pusat
1970 mungkin terjadi letusan abu di kawah pusat
1999, 2002 terkadang ada letusan abu tipis di sekitar puncak
2007 tercatat letusan abu dan hembusan asap hitam pekat hingga status menjadi waspada pada 9 September
2008 terjadi satu kali letusan dengan tinggi asap maksimum 500 meter pada 24 Maret dengan status waspada
2009 terjadi semburan api pijar dan debu setelah terdengar raungan keras dari perut gunung
2019 terjadi erupsi dengan tinggi kolom abu sekitar 800 meter di atas puncak pada 31 Juli pukul 12.48 WIB.
(row/erd)