Geger! Aksi Warga dari Sidoarjo-Banjarmasin Tolak Fasum Jadi Karantina Corona

Round-Up

Geger! Aksi Warga dari Sidoarjo-Banjarmasin Tolak Fasum Jadi Karantina Corona

Hestiana Dharmastuti - detikNews
Rabu, 08 Apr 2020 21:29 WIB
Poster
Ilustrasi virus Corona (Edi Wahyono/detikcom)
Jakarta -

Fasilitas umum di sejumlah daerah, dari sekolah, puskesmas, hingga gedung olahraga, awalnya akan disulap menjadi tempat karantina pasien virus Corona. Namun, warga menentang keras.

Fenomena penolakan warga ini ramai terjadi di beberapa daerah. Warga menentang daerahnya dijadikan lokasi karantina bagi pasien terkait virus Corona karena khawatir tertular virus itu.

Penolakan warga dilakukan dengan beragam cara, dari unjuk rasa, memblokir jalan, membentangkan spanduk penolakan, hingga memasang pagar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berikut ini sederet cerita aksi warga di daerah yang menolak fasilitas umum dijadikan tempat karantina pasien Corona:

Banjarmasin

Ratusan warga Banjarmasin Utara menggelar unjuk rasa di depan Gedung Asrama Pendidikan dan Pelatihan milik BKD Banjarmasin. Massa juga memblokir jalan.

Mereka menolak gedung tersebut dijadikan lokasi karantina bagi pasien terkait virus Corona.

Unjuk rasa penolakan dilakukan di Kompleks Kayu Tangi 2, Kelurahan Pangeran, Kecamatan Banjarmasin Utara, Banjarmasin, Selasa (7/4/2020) malam.

Warga membawa sejumlah poster bertuliskan suara penolakan lantaran gedung yang menjadi lokasi karantina tersebut sangat dekat dengan permukiman warga.

Salah satu warga, Zuhdi Arsyad, mengatakan sejak dua hari terakhir ini warga dibuat resah menyusul adanya informasi kantor balai itu dijadikan pusat karantina orang dalam pemantauan (ODP) maupun pasien dalam pengawasan (PDP).

Warga pun menggelar aksi secara spontan karena, menurut Zuhdi, penggunaan gedung itu untuk karantina pasien seolah dirahasiakan dan tidak adanya sosialisasi dari Pemkot Banjarmasin.

Warga sebelumnya juga sudah mendatangi kantor keluarahan dan kecamatan setempat untuk meminta penjelasan. Namun, karena tak ada jawaban memuaskan, warga pun memutuskan untuk memblokir akses masuk permukiman mereka.

Aksi warga memblokir pintu gerbang Komplek Kayu Tangi 2 bisa diredam aparat TNI dan Polri yang mendatangi lokasi aksi tersebut.

Kapolsekta Banjarmasin Utara AKP Gita Ahmadi Syuhandi meminta warga untuk bermusyawarah dengan pihak-pihak terkait soal penolakan ini.

Rencananya, Rabu (8/4) siang ini sejumlah warga akan mendatangi kantor Walikota Banjarmasin. Mereka akan menyuarakan penolakan dijadikannya Gedung Asrama Pendidikan dan Pelatihan milik BKD Banjarmasin sebagai tempat karantina pasien terkait COVID-19.

Sukabumi

Warga di Kelurahan Dayeuhluhur, Kecamatan Warudoyong, Kota Sukabumi, menolak rencana pemerintah setempat untuk menjadikan Gelanggang Olah Raga (GOR) Suryakencana sebagai rumah sakit (RS) darurat. Mereka mengaku khawatir keberadaan RS tersebut akan membuat imun drop.

Tidak hanya warga, persoalan dilematis juga dihadapi ketua RW di wilayah tersebut. Sebagai unsur pemerintahan terbawah mereka mendukung, namun arus penolakan dari warga terus berdatangan.

"Soal RS Darurat GOR Suryakencana kami menolak karena sampai saat ini tidak ada sosialisasi kepada masyarakat. Seolah-olah mau langsung diisi saja. Kalau ke pak RW mungkin dari Dinkes sudah ada masukan bahwa akan turun alat kesehatan tempat tidur dan sebagainya. Tapi ke masyarakat belum ada sosialisasi," ujar Firmansyah, warga setempat, kepada detikcom, Selasa (7/4/2020).

Ia juga menyebut jarak dari GOR Suryakencana ke pemukiman warga hanya berjarak sekitar 200 meter. Warga khawatir hilir mudik aktivitas penanganan di lokasi tersebut akan membuat imun warga drop.

"Kekhawatiran warga nanti hilir mudik lewat sini, terus nanti karena jarak sangat dekat takut nantinya imun warga jadi drop. Warga kaget melihat misalkan ada isolasi pasti drop imun, karena saat ini kita lagi menerapkan aturan diam di rumah, sementara pemerintah mau menempatkan di sekitar wilayah kami," tuturnya.

Firman memastikan semua warga menolak bahkan sudah melakukan aksi spontanitas terkait penolakan itu. "Harapan kami ada sosialisasi dulu, agar informasinya tidak simpang siur," kata Firman.

Ayi Hamdani, ketua RW 5, mengaku dilematis menghadapi gelombang penolakan warganya.

Menurut Ayi, isu miring soal Covid-19 banyak berseliweran di medsos membuat ketakutan bagi masyarakat.

Selain itu, menurut Ayi, warga khawatir tertular dengan kondisi RS darurat beroperasi di sekitar lingkungan tersebut. "Kekhawatiran ini takutnya, karena virus yang sangat kecil takutnya tertular ke masyarakat di sini, itu alasan mereka ya," katanya.

Dikonfirmasi terpisah, Plt Kadinkes Kota Sukabumi Rita Fitrianingsih membenarkan GOR Suryakencana dipilih menjadi salah satu kandidat RS Darurat di Kota Sukabumi selain GOR Merdeka dan Gedung Djuang.

"Dipilih karena dia secara lokasi bagus, matahari udara segar jauh dari pemukiman. Kalau namanya penolakan dari masyarakat, wajar. Mereka enggak tahu teman-teman yang kelihatan segar ternyata mereka COVID infected," ujar Rita.

Rita menjelaskan RS darurat memiliki tujuan untuk membantu agar tidak semua pasien masuk ke rumah sakit rujukan utama seperti RSUD Syamsudin SH.

Sidoarjo

Pemkab Sidoarjo berencana menjadikan Puskesmas Sidodadi di Candi, Sidoarjo sebagai tempat karantina atau isolasi pasien Corona. Namun rencana itu ditolak warga dengan berunjuk rasa.

Ratusan warga ngeluruk puskesmas baru tersebut. Warga menolak puskesmas dijadikan tempat karantina pasien corona karena dianggap akan menjadi bahaya bagi lingkungan.

Salam aksinya, warga mereka membawa spanduk yang antara lain bertuliskan, 'Warga Sidodadi Emoh Dadi Sarang Corona, Ojok Digawe Sarang Isolasi Corona, Jangan Bunuh Kami Dengan Wabah Corona'.

Di depan pintu puskesmas pun juga tertempel beberapa spanduk penolakan. Di antaranya bertuliskan 'Isolasi Pasien COVID 19 Jangan di Desa Kami, Warga Sidodadi Menolak Isolasi Covid'.

"Kami semua sangat resah kalau puskesmas ini menerima pasien orang yang terjangkit virus corona. Warga menganggap bisa ikut terjangkit virus tersebut. Kami menolak dengan keras adanya isolasi pasien COVID-19," kata Aisiyah seorang warga kepada wartawan di lokasi, Selasa (31/3/2020).

Ratusan warga yang didominasi oleh ibu-ibu hingga anak muda itu masih bertahan di sekitar puskesmas. Perwakilan warga kemudian diajak mediasi di ruang Puskesmas oleh Wakil Bupati Sidoarjo Nur Acmad Syaifuddin.

Menurut Nur Achmad, puskesmas yang akan ditempati sebagai ruang isolasi pasien Corona ini adalah tempat alternatif.

Selain Puskesmas Sidodadi, pemkab mencari alternatif tempat yang lain. Nur Achmad mengaku pihaknya mengambil kebijakan dengan dipikirkan masak-masak, oleh karena itu masyarakat tidak usah khawatir.

Meski sudah mendapat penjelasan dari Nur Achmad, warga tetap menolak jika Puskesmas Sidodadi akan dijadikan penampungan pasien Corona. Setelah rombongan pemkab meninggalkan puskesmas, warga juga membubarkan diri.

Ambon

Warga RT 003/08, kawasan Kayu Tiga, Kecamatan Sirimau, Kota Ambon, Maluku, memagari sekolah di sekitar tempat tinggal mereka. Warga menolak sekolah tersebut dijadikan tempat isolasi warga yang berasal dari daerah rawan COVID-19.

"Sebab ini begini, awalnya tertutup karena warga keberatan. Lalu ini warga ambil, tapi koordinasi sampai jaminan dari Pak Sekot (Sekretaris Kota) bahwa ini tidak di pakai lagi, terima kasih sekali," kata Ketua RT 008 Yunus Nahumury di depan sekolah yang diblokir, Minggu (5/4/2020).

"Sebab bukan saya punya mau, tapi warga punya mau karena Corona ini bukan virus main-main, itu, dan warga sudah hidup dengan ketakutan. Jadi pemikiran ini warga yang jawab dengan bentuk ini (blokir)," imbuhnya.

Menurut Yunus, ada 2 warga yang akan diisolasi di sekolah tersebut. Dia menyebut warga sekitar sebetulnya mengizinkan asal ada surat kesehatan dari instansi resmi yang menyatakan bahwa 2 warga tersebut negatif virus Corona.

Denpasar

Sebagian warga Desa Samsam, Tabanan, Bali, menolak desanya digunakan tempat karantina anak buah kapal (ABK) asal Bali yang baru pulang. Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali berharap warga bisa melihat kondisi dengan bijaksana.

"Tentu Satgas sudah mendapatkan informasi dan melihat di medsos spanduk yang dibentangkan oleh masyarakat atau oleh sebagian masyarakat di Samsam yang nuansanya melakukan penolakan kepada rencana membuat karantina di sana," kata Sekretaris Daerah (Sekda) Bali, Dewa Made Indra, kepada wartawan, Kamis (2/4/2020).

Dewa Indra, yang juga Kasatgas COVID-19 Bali, berharap warga punya pemahaman bahwa ABK yang akan dikarantina tersebut merupakan anak-anak Bali sendiri. Dia menjelaskan karantina dibuat bukan untuk orang yang terjangkit COVID-19.

Karantina dibuat untuk menunggu hasil tes para ABK yang belum keluar. Dia menegaskan para ABK sudah menjalani pemeriksaan kesehatan sebelumnya.

Indra menyesalkan sikap sebagian warga yang menolak desanya dijadikan tempat karantina. Namun, di sisi lain, Indra memaklumi penolakan terjadi karena sebagian masyarakat belum memahami utuh tentang COVID-19.

"Sesungguhnya tidak perlu mereka ditakuti. Sekali lagi, mereka bukan penyakit dan pembawa penyakit. Hasil tes yang kami lakukan selama ini, baik yang dilaksanakan di Bandara Ngurah Rai maupun tempat karantina hampir semuanya negatif, hanya 1-2 orang yang positif," ujarnya.

"Karantina itu juga bukan tempat untuk orang-orang yang sakit. Karantina itu adalah tempat untuk menampung anak kita sementara sambil menunggu tes yang kami lakukan. Kami memperlakukan anak-anak itu dengan sebaik-baiknya," tambah Indra.

Halaman 2 dari 5
(aan/dhn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads