Jumlah kasus positif Corona (COVID-19) di Indonesia mencapai angka 2.273. Dari jumlah itu, ada sekelumit kisah pasien Corona yang bikin heboh.
Per Minggu 5 April 2020, tercatat 2.273 kasus positif, 164 sembuh, dan 198 meninggal. Pemerintah terus berupaya melakukan beragam cara untuk memutus mata rantai penyebaran virus Corona.
Saat penanganan kasus Corona, ada beberapa kisah dari ulah pasien Corona yang menyedot perhatian publik. Bahkan, pemerintah ikut urun suara.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ada pasien Corona yang kabur saat menjalani perawatan, ada juga yang pergi mudik ke kampung halaman.
Berikut kisah pasien Corona dari Jakarta hingga Prabumulih yang bikin geger:
Mataram
Seorang warga negara asing (WNA) asal Bulgaria yang merupakan pasien dalam pengawasan (PDP) virus COVID-19 di Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB) kabur dari Rumah Sakit Harapan Keluarga saat tengah malam. WNA yang sempat kabur itu bernama Plamen Ptekov Beshirof. Plamen Ptekov Beshirof kabur dari RS Harapan Keluarga Kota Mataram pada Kamis (2/4) tengah malam.
Plamen akhirnya ditemukan oleh polisi di salah satu vila yang berada di kawasan wisata Senggigi pada Minggu (5/4/2020) sekitar pukul 21.00 WITA.
"Kita temukan di salah satu vila di Dusun Duduk Batu Bolong, Batu Layar, Lombok Barat, bersama dengan satu orang WNI yang merupakan temannya," ungkap Kapolsek Senggigi, AKP Hernawan Rizky dalam keterangannya pada detikcom.
Sebelum menemukan Plamen, polisi menelusuri sejumlah vila yang ada di sekitar lokasi penemuan. Polisi menunjukkan foto Plamen kepada para penjaga vila.
"Anggota Polsek Senggigi melakukan penelusuran di sekitar Desa Batu Layar dan vila-vila yang ada di seputaran itu sesuai dengan informasi dari Rumah Sakit Harapan Keluarga. Setelah berkoordinasi dengan salah satu security vila dengan menunjukkan foto WNA dan WNI tersebut, dan didapatkan titik terang bahwa memang benar ada WNA dan rekanan WNI yang tinggal di villa Duduk tersebut," jelasnya.
Usai mengetahui dan menemukan Plamen, polisi kemudian berkoordinasi dengan tim Satgas COVID-19 dari Puskesmas dan RS Harapan Keluarga untuk menjemput Plamen dengan ambulans dan dibawa ke rumah sakit di Kota Mataram.
Sementara itu, rekan Plamen, Ani Purawaseh, kepada polisi mengaku rekannya itu tidak kabur melainkan memilih untuk pulang karena kondisinya dirasa membaik dan tidak ada lagi gejala yang mirip corona.
Prabumulih
Kisah seorang warga asal Prabumulih, Sumatera Selatan, yang dinyatakan positif Corona. Pasien 09 yang tengah menjalani isolasi mandiri ini pergi ke rumah orang tuanya. Dia keliling naik ojek akhirnya viral dan membuat warga di sekitar cemas.
Atas peristiwa itu, Kepala Dinas Kesehatan Kota Prabumulih, Tedjo membenarkan seorang warga yang positif COVID-19 keliling pakai ojek.
"Dia jenuh, jadi mau pergi ke rumah orang tua. Alasannya dia itu," kata Tedjo kepada detikcom, pada Sabtu 4 April 2020.
Menurut Tedjo, ada kejenuhan bagi pasien yang diisolasi di rumah. Sebab, dia harus ada di rumah dan membatasi dirinya untuk tidak bersentuhan dengan orang lain.
"Dia terkonfirmasi positif, tapi gejala ringan dan sesuai Protap dirawat di rumah. Tetapi dengan indikasi ringan," katanya.
"Sekarang kalau diisolasi mandiri ya itu kan tinggal tahan nggak pasien itu isolasi selama 14 hari. Itu perlu ditinjau ulang karena pasti jenuh di rumah," katanya.
Untuk diketahui, pasien 09 masuk kategori penularan transmisi lokal. Dia tertular dari pasien positif 02 dan meninggal pada 23 Maret 2020 lalu.
Cianjur
Satu keluarga di Kecamatan Karangtengah Cianjur terindikasi positif Covid-10 berdasarkan hasil rapid tes. Keluarga asal Jakarta yang diduga Corona itu terdiri dari ibu dan dua orang anaknya.
Keluarga tersebut datang ke Cianjur sepekan lalu, setelah kepala keluarganya meninggal lantaran mengidap penyakit kronis.
Juru Bicara Pusat Informasi dan Koordinasi Covid-19 Cianjur, Yusman Faisal, mengatakan, ada tujuh orang yang menjalani rapid test dari keluarga pemudik asal Jakarta tersebut.
Tiga di antaranya positif, terdiri dari ibu dan dua orang anaknya. Sedangkan empat anggota keluarga lainnya negatif berdasarkan rapid test.
"Kalau yang positif berdasarkan rapid test tersebut sudah dibawa ke RSUD Sayang untuk diisolasi dan mendapat penanganan medis, sementara empat anggota keluarganya menjalani isolasi mandiri di rumah," ujar Yusman kepada detikcom pada Minggu 5 April 2020.
Namun untuk memastikan lagi kondisi kesehatan karena berisiko terpapar Covid-19, empat orang anggota keluarga termasuk anak bungsu dari pemudik tersebut akan kembali dites dan diambil sample darahnya.
Hingga hasil berikutnya keluar, lanjut Yusman, anggota keluarga yang negatif berdasarkan rapid test harus menjalani isolasi mandiri dan menjalankan pola hidup bersih dan sehat (PHBS).
Menanggapi hal itu, Juru bicara pemerintah untuk penanganan COVID-19 Achmad Yurianto mengaku tidak kaget dengan kabar itu.
"Ya nggak kaget. Kan dari dulu kita ingatkan pasti akan terjadi kalau kayak begini," kata Yuri saat dihubungi, pada Sabtu 4 April 2020.
Sebab, Yuri mengatakan, pemerintah sudah memberikan peringatan berkali-kali tentang risiko penyebaran virus Corona tersebut. Menurutnya, pemerintah juga sudah membuat imbauan agar tidak mudik.
"Kita juga sudah teriak-teriak untuk tidak mudik, tidak mudik. Bahkan pemerintah mengatakan pemerintah DKI, nanti dapat bantuan sosial nanti yang tidak mudik," sebutnya.
Namun, Yuri mengatakan memang masih banyak masyarakat yang kembali ke kampung halamannya. Menurut Yuri, hal itu karena banyak masyarakat di Jakarta kini tidak lagi memiliki pekerjaan akibat wabah virus Corona.
Jakarta
Seorang pasien yang dinyatakan positif tertular virus Corona (COVID-19) disebut kabur dari ruang isolasi RS Persahabatan. Pasien itu beralasan enggan ditempatkan dalam ruang isolasi dengan pasien lainnya.
Saat melarikan diri, pasien diketahui pulang ke rumahnya.
"Bahwa ruang isolasi 1 kamar untuk 2 orang itu betul, tapi ini sudah memenuhi kriteria," kata juru bicara penanganan virus Corona RS Persahabatan, Erlina Burhan, di RS Persahabatan, Jakarta Timur, Jumat 13 Maret 2020.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) turut angkat bicara terkait hal ini.
"Ruang isolasi bisa berempat, berlima asal penyakitnya sama kan nggak masalah, wong isolasi artinya dipisahkan kok, atau bangsal isolasi kan isinya banyak," ujar juru bicara pemerintah RI terkait COVID-19, Achmad Yurianto, ketika dihubungi, Jumat (13/3/2020).
Sekamar isolasi diisi dua pasien, menurutnya, tidak menjadi masalah. "Sebenarnya nggak masalah, nggak ada urusannya, kan sama-sama positifnya," tutur Yurianto.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan juga menanggapi kaburnya pasien Corona itu. Anies bercerita soal sulitnya membawa pasien dalam pengawasan (PDP) untuk diisolasi di rumah sakit.
Dinas Kesehatan DKI kemudian menjemput lagi untuk dibawa kembali ke RSUP Persahabatan.
Namun, pasien yang sempat kabur ini kini dirujuk ke RS Polri karena harus dirawat secara khusus.
"Karena kami merasa pasien ini harus ada pengawasan khusus. Mungkin kami tidak mampu karena kami punya pasien banyak," tutur Direktur Utama RSUD Persahabatan Rita Rogayah di RSUD Persahabatan, Jakarta Timur pada Sabtu 14 Maret 2020.
Rita mengatakan pasien dirujuk ke RS Polri semalam. Pasien dibawa oleh Dinas Kesehatan DKI.
Garut
Seorang PDP Corona kabur saat hendak diisolasi dokter di RSUD dr. Slamet Garut.
Berdasarkan informasi yang dihimpun, kejadian itu bermula saat pasien pulang dari Bogor ke kampungnya di Garut pada Rabu 18 Maret 2020 lalu.
Saat tiba di Garut pria tersebut mengeluh sakit. Dia kemudian berobat ke puskesmas di kampungnya dan langsung berada di bawah pengawasan puskesmas.
Seminggu berlalu, penyakit yang diderita tak kunjung sembuh. Pasien kemudian kembali berobat ke Puskesmas.
Setelah diperiksa tim dokter, pihak puskesmas kemudian merujuk pasien untuk berobat ke RS Garut. Di rumah sakit, dokter melakukan pemeriksaan epidemiologi. Diketahui pasien tersebut mengalami demam, sesak nafas dan sakit tenggorokan.
Pasien tersebut kemudian ditetapkan statusnya sebagai pasien dalam pengawasan (PDP). Namun, saat hendak diisolasi, pasien kabur dari rumah sakit. Menurut informasi, pasien kabur dengan cara berpura-pura meminta izin dokter untuk pergi ke toilet.
Pasien tersebut kemudian jadi 'buronan'. Pasien akhirnya ditemukan bersembunyi di rumahnya sendiri. Setelah dibujuk pemerintah kecamatan, pasien kemudian dievakuasi kembali oleh petugas medis dibantu anggota TNI-Polri.
"Itu sebenarnya karena dia lebih kepada was-was. Dia takut diisolasi," kata Juru Bicara COVID19 Pemkab Garut Ricky Rizki di COVID Center Pemkab Garut, Jalan Dewi Sartika, Garut Kota, Senin (30/3/2020).
Ricky memastikan, saat ini pasien itu berstatus PDP dan diisolasi di ruang khusus isolasi Corona RSUD dr. Slamet Garut.
"Setelah dibujuk, akhirnya kemudian masuk lagi ke rumah sakit (diisolasi)," ucap Ricky.
Setelah menjalani perawatan, kata Ricky, seorang pasien yang sempat kabur saat hendak diisolasi telah meninggal dunia pada Rabu 1 April 2020.
"Dua orang PDP yang sedang dalam penanganan tim medis meninggal dunia, yang pertama pria berusia 20 tahun kemudian yang kedua pria berusia 55 tahun," ucap Ricky kepada wartawan di Pendopo Garut, Jalan Dewi Sartika, Kecamatan Garut Kota, Kamis (2/4/2020) petang.
Seorang PDP yang dinyatakan meninggal dunia merupakan PDP yang beberapa waktu lalu sempat kabur saat hendak diisolasi tim dokter di RSUD dr. Slamet. Pria berusia 20 tahun tersebut merupakan warga Kecamatan Cigedug.
Sementara itu, selain pria 20 tahun asal Cigedug, satu pasien lainnya yakni pria berusia 55 tahun asal Kecamatan Leles juga meninggal dunia.
Ricky menjelaskan, kedua pasien tersebut telah diambil sampelnya untuk diuji Corona. Hingga saat ini, hasil uji labolatorium belum keluar.
"Jadi kami belum bisa memastikan apakah keduanya meninggal dunia akibat virus Corona atau bukan," kata Ricky.
"Tapi perlu diketahui, kedua PDP ini memiliki penyakit penyerta. Saat datang ke rumah sakit, keduanya memang sudah dalam kondisi sakit," ucap Ricky menambahkan.
Semarang
Beredar informasi tentang adanya pasien kabur saat akan dirujuk terkait penanganan virus Corona di Kabupaten Kudus.
Pemprov Jateng mengaku akan menelusuri informasi tersebut.
Dari informasi yang diperoleh, pasien tersebut menolak dirujuk ke RSUD dr Loekmonohadi, Kudus, ketika masih berada di salah satu rumah sakit swasta.
"Saya telusuri ke sana (RSUD Kudus) ternyata tidak ada," kata Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Yulianto Prabowo di kantor Gubernur Jateng, Jalan Pahlawan, Semarang, Selasa (17/3/2020).
Yulianto mengaku masih mendalami informasi tersebut karena kemungkinan kejadiannya berada di rumah sakit swasta. Yulianto menegaskan masih mengumpulkan informasi.
Juru bicara penanganan COVID-19 RS Mardi Rahayu Kudus, Dr Yuliana Wara menjelaskan peristiwa itu.
"Waktu itu (pasien) bilangnya batuk, demam, pilek sudah tiga hari. Ada riwayat dua minggu sebelumnya umroh dan dari Australia," kata Wara.
Wara mengungkap, peristiwa itu terjadi pada Minggu (15/3). Pasien itu kemudian ditetapkan sebagai PDP .
"Masih di hari yang sama, (pasien) mau dirujuk tapi menolak dan meminta pulang paksa. Masih di isolasi IGD, rencana waktu itu akan dirujuk," lanjutnya.
Setelah pasien itu memaksa untuk meninggalkan IGD RS Mardi Rahayu Kudus, pihak rumah sakit melaporkannya ke Satgas COVID-19 Kudus.
"Informasi dan identitas pasien kami laporkan ke Satgas Covid-19 Kudus agar segera ditindaklanjuti bersama aparat pemerintahan," ujar Wara.
Pada perkembangannya, Wara menjelaskan, dia mendapat kabar pasien itu sudah datang sendiri ke RSUD Loekmonohadi Kudus. Dia menerima informasi, pasien itu memberikan keterangan yang berbeda dengan saat diperiksa di RS Mardi Rahayu Kudus.
"Informasinya sudah pasien itu sudah ke RSUD hari ini, berangkat sendiri. Keterangannya (pasien) tidak sesuai dengan (saat pasien diperiksa) yang di sini (di RS Mardi Rahayu Kudus)," lanjutnya.
Setelah hasil pemeriksaan pasien tersebut dinyatakan tidak masuk kategori PDP dan telah dipulangkan.
"Sudah diperiksa di rumah sakit, malah sudah pulang. Karena tidak mengarah ke PDP, sudah pulang," kata Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Yulianto kepada wartawan di Semarang, Kamis (19/3/2020).
(aan/idn)