Pemerintah Indonesia akan meniru model drive-thru test Corona ala Korea Selatan (Korsel). Dubes Korsel untuk RI Kim Chang-beom menjelaskan serangkaian prosedur hingga biaya untuk program ini.
Pria yang akrab disapa Ambassador Kim ini menjelaskannya dalam bahasa Inggris kepada detikcom, Kamis (19/3/2020). detikcom langsung menerjemahkannya ke bahasa Indonesia.
Mulanya, Ambassador Kim menjelaskan bahwa virus Corona ini merupakan virus yang menyebar dengan cepat. Butuh tindakan inovatif untuk menanganinya. Dia mengatakan Korsel telah memproses tes Corona 18.000 tes per hari. Hal inilah yang membuat Korsel bisa bertindak cepat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Korea telah memproses 18.000 tes per hari dari keseluruhan total yang telah dites mencapai 280.000. Dengan tes diagnosis yang sangat cepat ini kami dapat mengidentifikasi pasien dan juga bertindak segera untuk merawat pasien. Jadi itu untuk mengontrol penularan," kata Ambassador Kim saat berbincang dengan detikcom.
![]() |
Korsel dalam hal ini memiliki slogan '3T' dalam menangani penularan penyakit COVID-19. "Lacak, uji, dan obati (trace, test, and treat). 3T, lacak, lacak infeksi dan uji kasusnya dan rawat pasien," jelasnya.
Dia pun mengatakan partisipasi warga Korsel juga penting dalam penanganan virus ini. Warga Korsel bisa turut andil dalam pemantauan melalui sebuah aplikasi peta sebaran.
"Partisipasi publik melalui keterbukaan dan transparansi dengan berbagai cara. Misalnya kita memiliki aplikasi untuk memberi tahu orang-orang di mana infeksi virus ini telah diidentifikasi. Aplikasi peta sebaran ini bisa diunduh di telepon seluler," ungkapnya.
Cara kerja aplikasi ini bisa menunjukkan warga tentang area mana saja yang menjadi episentrum penyebaran virus. Dengan adanya aplikasi ini, warga Korsel bisa punya gambaran untuk menghindari kawasan itu. Bukan hanya menunjukkan kawasan, tapi juga bangunan.
Selanjutnya, Ambassador Kim menjelaskan soal metode tes Corona ala drive-thru yang hendak ditiru Indonesia. Dia menjelaskan tes Corona ini bisa berbayar atau gratis.
"Tes ini sangat sederhana. Kamu hanya perlu melakukan registrasi di stasiun tes Corona. Jika kamu datang tanpa gejala, kamu perlu membayar. Tapi, jika kamu datang dengan gejala dan rekomendasi dokter, layanan ini gratis," ungkapnya.
Dia lantas menjelaskan prosedur tes Corona drive-thru ini. Pertama, orang yang akan melakukan tes akan diminta mengisi kuesioner tentang riwayat perjalanan dan kondisi medis. Selanjutnya, mereka akan menjalani tes dan mendapatkan beberapa instruksi.
"Pertama, registrasi, ketika kamu mengendarai mobilmu. Kamu akan diminta mengisi kuesioner tentang riwayat perjalanan dan gejala yang dirasakan. Selanjutnya, prosedur pengambilan sampel. Dan setelah itu, kamu akan mendapatkan beberapa edukasi tanpa harus keluar dari kendaraanmu," tuturnya.
Dijelaskan oleh Ambassador Kim, tes Corona drive-thru ini hanya memerlukan waktu sekitar 10 menit. Berbeda dengan tes di RS atau klinik yang bisa memakan waktu 20-30 menit.
Dia mengatakan saat ini ada 68 stasiun drive-thru tes Corona di Korsel. Biasanya bentuk stasiun ini seperti tenda dengan aliran listrik di beberapa alat, tergantung lokasinya. Biasanya stasiun ini berada di lahan parkir atau lahan terbuka tanpa uang sewa.
Biaya yang harus dikeluarkan untuk satu stasiun mencapai USD 12.000 atau sekitar Rp 180 juta (dengan asumsi nilai rupiah terhadap dolar AS 15.000). Biaya ini fix cost (biaya tetap) untuk satu stasiun.
"Jadi biasanya sekitar USD 12.000 per 1 stasiun, untuk mengatur seluruh stasiun," ujar Kim.
Sebelumnya, pemerintah sudah punya rencana menggelar drive-thru test Corona seperti Korea. Hal ini sudah dibicarakan dan bukan sekadar wacana.
"Sudah beberapa hari ini kita bicarakan mengenai hal tersebut," kata juru bicara Penanganan COVID-19, Achmad Yurianto, kepada detikcom, Rabu (18/3).
Yuri mengatakan bahwa alat test kit juga akan segera didatangkan dari Korea langsung. Presiden Joko Widodo (Jokowi) hari ini pun telah memberikan arahan soal tes cepat atau rapid test secara massal ini.
"Kedua, segera lakukan rapid test, tes cepat dengan cakupan lebih besar agar deteksi dini kemungkinan indikasi awal seseorang terpapar COVID-19 bisa dilakukan," kata Jokowi dalam rapat terbatas yang disiarkan langsung melalui akun YouTube Sekretariat Presiden, Kamis (19/3).
Data terbaru kasus Corona di Indonesia per hari ini, Kamis (19/3) mencapai 309 kasus dan 25 orang di antaranya meninggal. Tingkat kematian (Case Fatality Rate) mencapai 8,1%. Sedangkan untuk Korsel, berdasarkan data yang dihimpun oleh Universitas John Hopkins per hari ini 16.00 waktu setempat, telah ada 8.565 kasus dan 91 orang di antaranya meninggal atau dengan tingkat kematian 1,06%.