Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) mengkonsultasikan rencana program dengan Dewan Penasihat. SMSI ke depannya tak hanya ingin membuat solid organisasi, tetapi juga melakukan berbagai macam perbaikan.
"Pendidikan dan pelatihan, mesti menjadi sebuah aktivitas yang melekat bagi SMSI. Kami tidak ingin menggurui teman-teman SMSI di daerah tentang cara membuat media di era digital. Tapi kami ingin sama-sama belajar dengan teman-teman SMSI di daerah dalam mengembangkan bisnis dan good jurnalism," kata Ketua Umum SMSI, Firdaus dalam keterangan tertulisnya, Jumat (13/3/2020).
Pertemuan SMSI dengan Dewan Penasihat dilakukan di Menara Bank Mega, Mampang, Jakarta Selatan. Senada dengan Firdaus, Ketua Bidang Hubungan Luar Negeri SMSI, Delianur menilai zaman berubah semakin cepat dan masalah baru yang harus dijawab.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Pecahkan Rekor, SMSI Raih Penghargaan MURI |
"Tantangan media siber ke depan, makin kompleks. Banyak masalah baru yang harus dijawab juga dengan cara baru. Kita harus menghindarkan diri menjawab permasalahan baru dengan cara lama," ucap Delianur.
Sekretaris Dewan Penasihat Abdul Aziz, mengatakan SMSI harus merumuskan model bisnis yang dikelola. Sebab, dengan model bisnis akan menjadi penuntun insan media.
"Anggota SMSI harus mulai bisa merumuskan model bisnis dari media yang dikelolanya. Merumuskan model bisnis media menjadi sangat penting. Karena model bisnis itulah yang akan menjadi guidance insan media dalam menjalankan aktivitasnya," ujarnya.
Abdul Aziz yang juga merupakan Dirut detiknetwork mengatakan dengan adanya model bisnis jalannya sebuah media menjadi jelas dan terukur. Namun, Azis mengingatkan penuntun itu harus adaptif terhadap perubahan.
"Kalau ada guidance, jalan kita menjadi sangat jelas dan terukur. Tapi harus diingat, guidance itu mesti adaptif terhadap perubahan dan kondisi. Dulu guidance berubah setiap 5 tahun, selanjutnya tiap 3 tahun, lalu tiap setahun. Sekarang perubahannya bisa tiap 6 bulan dan bahkan setiap saat," imbuhnya.
(rfs/rfs)