Keris Kiai Naga Siluman, Saksi Bisu Ingkar Janji Belanda ke Diponegoro

Keris Kiai Naga Siluman, Saksi Bisu Ingkar Janji Belanda ke Diponegoro

Danu Damarjati - detikNews
Selasa, 10 Mar 2020 13:54 WIB
Akhirnya! Keris Pangeran Diponegoro Diserahkan Belanda ke Jokowi
Foto ilustrasi: Keris Kiai Naga Siluman di dekat Presiden Jokowi (Andhika Prasetia/detikcom)
Jakarta -

Hari ini, Kiai Naga Siluman kembali ke Indonesia. Keris itu dikembalikan Belanda setelah nyaris dua abad melanglang buana, jauh dari Tanah Air. Ada sejarah di balik keris itu.

Hari ini, Selasa (10/3/2020), Presiden Joko Widodo (Jokowi) menerima kembalinya Kiai Naga Siluman.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Keris itu berangkat bersama Raja Willem Alexander dan Ratu MΓ‘xima yang melakukan kunjungan resmi, ditemui Jokowi di Istana Bogor, Jawa Barat. Pusaka tradisional Jawa itu sudah sejak 1831 berada di tangan Belanda.

Profesor Peter Brian Ramsay Carey, sejarawan yang menguasai pengetahuan perihal Pangeran Diponegoro, menyebut ada sejarah pengkhianatan di balik keris berkeluk 13 itu.

ADVERTISEMENT

"Dia adalah saksi dari satu pengingkaran janji," kata Peter kepada detikcom, Selasa (10/3/2020).

Pada 1830, Diponegoro diburu pasukan gerak cepat Belanda ke mana-mana. Diponegoro terus bergerilya, Belanda kesulitan menemukannya. Komandan lapangan bernama Kolonel Jan-Baptist Cleerens mempunyai ide, daripada susah-susah mencari Diponegoro, mending kirim surat saja ke penasihat agama Diponegoro, yakni Haji Badarudin. Sang ulama menyampaikan penilaiannya ke Diponegoro agar percaya ke Cleerens. Diponegoro selanjutnya menyebut Cleerens sebagai orang yang hatinya bisa dipercaya (kang tyas pan langung pitajengipun) dalam otobiografinya.

Simak Juga Video "Raja Belanda Serahkan Keris Pangeran Diponegoro ke Jokowi"

[Gambas:Video 20detik]

Karena Diponegoro percaya Cleerens punya hati yang baik, maka Diponegoro bersedia menemui Cleerens di Remokamal (sekarang Purworejo, namun Peter menyebut lokasi itu ada di Banyumas) pada Februari 1830. Diponegoro dan Cleerens bernegosiasi damai di lokasi itu. Saat itulah, terjadi semacam 'gentlement agreement' antara keduanya, bahwa Perang Jawa akan diakhiri dengan damai. Peter Carey memperkirakaan pada momentum itulah Keris Kiai Naga Siluman diberikan oleh Diponegoro ke Cleerens, sebagai simbol kepercayaan yang tidak main-main.

Menindaklanjuti kesepakatan manis itu, Diponegoro bersedia menerima undangan Hendrik Merkus baron de Kock (Jenderal de Kock) di Magelang. Diponegoro masih percaya janji Cleerens, Perang Jawa akan berakhir dengan damai dan baik, kini tinggal ketemu de Kock saja, setelah itu beres. Padahal inilah awal petaka.

"Cleerens meyakinkan Diponegoro bahwa Belanda akan bertindak sesuai dengan apa yang dia janjikan. Seumpama negosiasi dengan de Kock tidak berkenan di hati Diponegoro, maka Diponegoro akan dipersilakan kembali ke Banyumas (tempat Diponegoro berlindung saat itu)," kata Peter.

Dalam kondisi puasa, berangkatlah Diponegoro ke Magelang pada akhir bulan jelang Idul Fitri untuk menemui De Kock. Dia ditangkap Belanda! Perang Jawa ternyata tidak berakhir dengan damai dan baik. Diponegoro dibuang ke Sulawesi. Peter Carey menilai pihak yang ingkar janji bukan Cleerens secara personal, karena Cleerens cuma alat, yang ingkar janji adalah Belanda.

"Akhirnya, Belanda bisa menangkap Diponegoro, perang bisa diselesaikan sekejap," kata Peter.

Cleerens kemudian pulang ke Belanda sambil membawa Keris Kiai Naga Siluman. Dia menyerahkan pusaka itu ke Raja Willem I (berkuasa 1813-1840) pada 11 Januari 1831.

Keris Kiai Naga Siluman, Saksi Bisu Ingkar Janji Belanda ke DiponegoroLukisan penangkapan Pangeran Diponegoro karya Raden Saleh (Tia Agnes/detikHOT)

Putra bungsu Raja Willem II, Prins Hendrik 'De Zeevaarder' (Sang Pelaut), pernah mengunjungi Diponegoro di tahanan Benteng Rotterdam, Makassar. Dia menyebut pengkhianatan Belanda terhadap Diponegoro adalah 'noda dalam lambang Kerajaan Belanda'.

Bila Belanda terlibat perang lagi di Jawa, maka tak akan ada lagi orang Jawa yang percaya dengan perjanjian yang ditawarkan Belanda. Citra Belanda bakal tercemar sampai ke luar Jawa di seluruh kepulauan Nusantara. Catatan berbau ramalan seperti ini dituliskan Prins Hendrik dalam diarinya.

"Ramalan Prins Hendrik terbukti. 112 Tahun sejak keberangkatan Diponegoro dengan 700 pengikutnya ke Magelang (8 Maret 1830) untuk bertemu Jenderal De Kock, Belanda menderita kekalahan di tangan Jepang (8 Maret 1942). Kebanyakan orang Indonesia bertepuk tangan terhadap kekalahan Belanda. Tak ada pemimpin pribumi yang mau lagi berhubungan dengan Belanda," kata Peter.

Keris Kiai Naga Siluman, Saksi Bisu Ingkar Janji Belanda ke DiponegoroProfesor Peter Carey (Ari Saputra/detikcom)

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads