Maraknya kasus bullying di sekolah jadi tamparan keras bagi para pelaku pendidikan. Diperlukan langkah yang konkret dari berbagai pihak agar masalah serupa tidak terjadi kembali. Menurut Wakil Ketua DPRD Provinsi Jawa Tengah Qualty A. Alkatiri orang tua di rumah berperan besar dalam membentuk karakter anak, terutama dalam memberikan pendidikan karakter.
"Kuncinya ada di pendidikan karakter, bagaimana orang tua di rumah itu memberikan pendidikan karakter pada anak, dan memperlakukan anak dengan baik," ujar Alkatiri dalam keterangan tertulis, Sabtu (7/3/2020).
Hal itu diungkapkannya dalam Dialog Parlemen bertajuk/Menyikapi Bullying di Sekolah' bertempat di Alana Hotel and Convention. Ia pun menilai selain orang tua, guru di sekolah juga mempunyai peran yang tak kalah penting menurut Alkatiri.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sikap guru terhadap anak harus dijaga, jadi anak itu merasa dihargai, ada sesuatu itu diajak bicara, ketika ada kesalahan pun peringatannya baik," imbuhnya.
Menurut Alkatiri sekolah yang ada di jawa Tengah harus lebih inklusif dan juga meningkatkan kualitas baik kognitif maupun karakter siswanya.
"Bagaimana Sekolah dapat meningkatkan kualitas dari semua segmen, bukan hanya kognitifnya saja tapi yang lainnya juga yaitu karakter, sehingga kemampuan kognitif dan karakter dapat berpasangan, sehingga nantinya sekolah-sekolah akan lebih inklusif," jelasnya.
Dia mendorong, pihak dinas pendidikan dan kebudayaan untuk lebih aktif lagi terjun ke sekolah-sekolah.
"Jadi bukan hanya memberikan pengarahan dan memberikan himbauan saja, tetapi ada pengawasan juga. Sebagai pemangku kebijakan, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan harus ikut mengawasi dan langsung turun ke lapangan untuk mengecek dan memantau," katanya.
Sementara menurut Kabid Pembinaan SMK Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah Hari Wuljanto menekankan pentingnya komunikasi yang baik antara kepala sekolah dan warga.
"Kepala Sekolah dan warga sekolah harus tahu betul lingkungan sekolahnya. Anaknya, orang tuanya, gurunya itu berkomunikasi lah dengan baik, kan sekarang sudah ada banyak media untuk berkomunikasi," tutur Hari.
Hari mengatakan jangan sampai kepala sekolah ataupun pihak sekolah merasa terlalu superior dan masyarakat menjadi inferior, ataupun malah sebaliknya, masyarakat superior dan sekolah inferior, harus terdapat kesetaraan agar sekolah menjadi lebih baik.
Di sisi lain, Dewi Kurnianingsih Dosen dari Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo mencermati dalam kasus bullying pihak guru selalu menjadi kambing hitam. Untuk ia pun meminta kesadaran bahwa kasus bullying menjadi tanggung jawab bersama.
"Selama ini jika kita lihat di media, jika terdapat kasus bullying selalu dilimpahkan kepada guru saja, masyarakat selalu menyalahkan pihak guru. Sebenarnya bukan hanya di satu dua tempat saja, di seluruh Indonesia itu banyak kasus di mana guru menjadi tersangka karena korban kondisional di sekolahannya," ungkapnya.
(prf/ega)