Ada keistimewaan dari talenan kayu yang diproduksi oleh UMKM anakkayu asal Banjarbaru, Kalimantan Selatan. Tidak sebatas alas untuk memotong bahan makanan, tapi talenan kayu ulin buatan Anakkayu dianggap benda pusaka.
Pemilik UMKM anakkayu, Irfani Adi Siswanto menceritakan, kayu ulin yang dijadikan bahan baku pembuatan talenan merupakan kayu yang tumbuh ratusan tahun lalu di Kalimantan Selatan. Populasi pohon tersebut sudah langka, sehingga perdagangannya dibatasi.
Dulunya, kayu ulin dijadikan tiang konstruksi rumah oleh orang-orang Kalimantan. Kayu tersebut punya durabilitas tinggi dan tidak rentan lapuk.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kayunya ini sangat keras, sampai rayap enggak doyan. Dicelupin ke dalam air bukannya lapuk malah semakin keras. Ulin di Kalimantan dibuat pondasi rumah (dan) sudah ratusan tahun nenek moyang pakai masih kokoh," kata Irfani yang ditemui detikcom di pameran BNI UMKM Unggulan Nusantara di Jakarta, Selasa (3/3).
Butuh waktu ratusan tahun untuk kayu ulin berkembang sampai memiliki diameter yang besar. Kondisi tersebut membuat regenerasi pohon tersebut sangat lambat hingga akhirnya dinyatakan hampir punah.
![]() |
Irfan menjelaskan, Anak Kayu tidak melakukan pembalakan terhadap kayu ulin, melainkan memanfaatkan kayu sisa penebangan yang sudah ada sejak berpuluh tahun silam.
"Dalam waktu 100 tahun, Ulin baru (memiliki) diameter lebar 50 cm. Sementara tunggul ulin di Banjarbaru (diameternya) sudah satu meter. (Tumbuh) sudah dari zaman nenek moyang kita. Seratnya sangat bagus," ujar Irfani. "Kayu ini simple tapi ini pusaka dari Indonesia," lanjut dia.
anakkayu sengaja hanya membuat talenan dari kayu ulin. Sebab, sangat disayangkan jika kayu yang hampir punah itu harus dipotong-potong untuk dijadikan furnitur atau aksesori.
Selain talenan dari kayu langka tersebut, Anak kayu memiliki berbagai produk lain, seperti furnitur, aksesori, dan dekorasi interior. Produk-produk dari UMKM binaan BNI ini sudah dikirim ke berbagai negara.
"Beberapa kali kita ekspor ke Korea. Beberapa teman juga bawa ke Amerika, Jerman dengan hand carrier," kata Irfani.
Gitar batik dari Sukoharjo yang Otentik
Selain talenan dari kayu ulin, ada UMKM Batik Soul Guitars yang memproduksi gitar dengan corak batik di pameran BNI UMKM Unggulan Nusantara di Graha BNI, Jakarta Pusat. Gitar tersebut dibuat secara handmade di workshop milik Guruh Sabdo Nugroho di Sukoharjo, Jawa Tengah.
Produk Batik Soul Guitars kebanyakan menggunakan kayu lokal, seperti kayu mangga. Menurut Guruh, kayu khas Indonesia banyak disukai di luar negeri.
"Mulai 2016 kami mengeksplor kayu-kayu lokal Indonesia untuk diangkat, karena di pasaran luar itu gitar batik yang pakai kayu lokal yang dikonsep dengan bagus harganya lebih bagus. Karena ada kayu yang di negara kita banyak di sana enggak ada, soundnya (mereka) suka," kata Guruh.
![]() |
Daya tarik utama dari gitar buatan Batik Soul tentu dari motif batik yang digoreskan di atas bodi gitar. Batik tersebut dibuat oleh pembatik profesional dengan canting tradisional.
"Batiknya langsung dibuat di gitarnya, tanpa sketsa. Jadi kita harus pakai pembatik professional yang bisa membatik tanpa harus membuat sketsa terlebih dahulu," ungkap Guruh.
Pria yang pernah belajar ilmu produksi gitar di Malaysia dan Singapura ini mengungkapkan gitar buatannya telah diboyong para kolektor dan musisi professional baik lokal maupun mancanegara.
"Ada musisi terkenal (menggunakan gitar Batik Soul) Ras Muhammad, Franky Sihombing, Badai Kerispatih dia pakai gitar eksklusif motif Raden Saleh. Dari musisi Rusia ada Dmitriy Murin dia musisi klasikal di Moscow, karena saya sudah tiga kali pameran di Moscow," sebut Guruh.
Gitar buatan Batik Soul dibanderol dengan harga mulai Rp 7 juta sampai Rp 20 juta. Tergantung ukuran, material, dan motif batik pada gitar.
Anak Kayu dan Batik Soul Guitar merupakan bagian dari BNI UMKM Unggulan Nusantara mendapatkan sejumlah fasilitas dari BNI. Mereka mendapatkan pelatihan untuk mengembangkan bisnis, serta diboyong mengikuti pameran di level nasional maupun internasional.
(prf/ega)