Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyebut ada 115 orang dalam pemantauan terkait virus Corona dalam kurun waktu sebulan. Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi DKI Jakarta melakukan sejumlah langkah penanganan virus dengan sebutan COVID-19 itu.
"Terdapat 115 orang dalam pemantauan dan 32 pasien dalam pengawasan berdasarkan kriteria yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan RI (sesuai gambar pie chart)," jelas Dinkes DKI.
Dinkes DKI menjelaskan status 'dipantau' disematkan kepada orang yang mengalami gejala ringan dan punya riwayat perjalan ke negara terjangkit. Sementara status 'diawasi' disematkan kepada orang yang mengalami demam hingga dilakukan pemeriksaan tenggorokan (swab).
Berikut penjelasan Dinkes DKI Jakarta:
115 Pasien Dipantau, 35 Diawasi
Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi DKI menyatakan tak ada kasus positif corona di DKI sampai hari ini. Pernyataan itu didasari hasil tes laboratorium terhadap orang-orang yang menunjukkan gejala virus dengan sebutan COVID-19 itu.
"Menindaklanjuti beredarnya informasi yang tidak benar mengenai adanya virus COVID-19 di Provinsi DKI Jakarta melalui penyebaran foto dari salah satu slide dalam paparan Dinas Kesehatan," tulis Dinkes DKI dalam siaran pers, Sabtu (29/2/2020).
"Pada slide tersebut, yang dimaksud dengan 'kasus COVID-19' adalah menunjuk pasien dengan dugaan awal COVID-19 karena memiliki gejala dan riwayat perjalanan dari negara terjangkit," sambung dia.
Dinkes DKI menegaskan hasil pemeriksaan sampel di laboratorium, yang dilakukan Litbangkes Kementerian Kesehatan (Kemenkes), menunjukkan hasil negatif corona. Dinkes menjelaskan orang dalam pemantuan dan pasien dalam pengawasan tersebut, berdasarkan hasil penyelidikan epidemiologi, tersebar di lima wilayah DKI dan luar DKI. Jumlah orang yang dipantau dan diawasi tersebut merupakan jumlah akumulasi sejak Januari 2020. "Terdapat 115 orang dalam pemantauan dan 32 pasien dalam pengawasan berdasarkan kriteria yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan RI (sesuai gambar pie chart)," jelas Dinkes DKI.
Pantau Via Telepon
Dinkes DKI Jakarta menyebut pemantauan dilakukan setiap hari.
"Untuk pemantauannya ada yang dilakukan, kan itu bentuk pemantauannya setiap hari ya," ujar Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes DKI Dwi Oktavia, saat dihubungi Minggu (1/3/2020).
Dwi menyebut pemantauan dilakukan dengan berbagai cara, tergangung kondisi orang tersebut. Menurutnya, pemantauan bisa dilakukan via telepon maupun pengecekan langsung.
"Baik melalui telepon, pengecekan langsung. Itu tergantung kondisi masing-masing," kata Dwi.
Dwi menjelaskan, pihaknya mengikuti kriteria yang ditetapkan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dalam memilih orang yang masuk dalam pemantauan. Salah satunya, yaitu apabila orang tersebut memiliki riwayat perjalanan dari wilayah terjangkit, hingga adanya keluhan demam dan batuk.
"Jadi kita mengikuti kriteria yang ditetapkan Kementerian Kesehatan, sehingga orang yang punya riwayat perjalanan dari wilayah terjangkit kemudian dalam 14 hari setelah masuk ke Indonesia, ke Jakarta," kata Dwi.
"Dalam hal ini mereka punya gejala atau keluhan demam, batuk, tetapi sifatnya ringan, itu mereka masuk dalam kelompok orang yang dipantau. Selama sekitar 14 hari atau sampai terjadi perbaikan," sambungnya.
Dihubungi terpisah, Dirjen P2P Kemenkes RI Anung Sugihantono mengatakan terdapat beberapa hal yang diperiksa dalam pemantauan terkait virus Corona. Diantaranya adalah suhu tubuh, gejala atau tanda batuk, hingga sesak napas. "Monitor suhu tubuh, gejala tanda batuk, pilek, keluarkan dahak serta sesak napas," tuturnya.
Tidak Dirawat di RS
Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI menyatakan 115 orang tersebut tidak dirawat di rumah sakit.
"115 itu kebanyakan tidak dirawat, karena memang kondisinya ringan," ujar Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes DKI Dwi Oktavia, saat dihubungi Minggu (1/3/2020).
Dwi mengatakan, bila ada orang dalam status pemantauan dan dirawat di rumah sakit, hal itu bukan karena radang paru-paru. Menurutnya, perawatan di rumah sakit karena timbulnya gejala demam pada seseorang.
"Kalaupun ada yang dirawat, tetapi bukan karena pneumonia, bukan karena radang paru-paru, mungkin karena observasi demam tetap dipantau," tuturnya.
Dwi mengatakan jumlah 115 orang tersebut merupakan angka kumulatif sejak antisipasi virus Corona di Jakarta. Menurutnya, sebagaian orang masih ada yang dipantau, namun ada juga yang telah selesai dilakukan pemantauan."Jadi 115 itu angka kumulatif, dari awal kita bergerak antisipasi Corona di Jakarta," kata Dwi.
"Nah itu jadi dari awal kita mulai mengantisipasi, sampai posisi terakhir itu tanggal 28 (Februari), 115 itu ini sudah termasuk yang sudah selesai dipantau, masih ada yang dipantau, tapi relatif semua dalam kondisi yang bagus," sambungnya.
Lapor ke Kemenkes
Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta menyatakan telah melaporkan jumlah ini ke Kementerian Kesehatan (Kemenkes).
"Kalau alur laporan itu semua kasus kita laporkan ke Kementerian Kesehatan," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes DKI Jakarta Dwi Oktavia, saat dihubungi, Senin (2/3/2020).
Dwi mengatakan, Kemenkes memiliki posko untuk mengelola atau mengkoordinir laporan terkait virus Corona. Nantinya, hasil laporan ini juga akan diteruskan ke berbagai wilayah, bila ditemukan adanya dugaan atau pasien baru."Di Kementerian Kesehatan itu ada posko yang mengelola dan mengkoordinir laporan dari semua provinsi. Kita lapor ke mereka dan mereka juga akan infokan ke wilayah, kalau ada terduga baru atau pasien baru," kata Dwi.
"Atau ada misalnya pasien di Jakarta ada pasien dalam pengawasan, tapi dia misalnya warga Surabaya, nah, dikasih tahu ke sana. Itu jalur komunikasi dan laporan antar wilayahnya itu dikoordinir di Kementerian Kesehatan," sambungnya.Dwi menuturkan, berdasarkan alur tersebut, maka Kemenkes lah yang akan menyampaikan informasi terkait 115 orang yang dipantau ke KSP. KSP diketahui menjadi pusat koordinasi terkait Corona di Indonesia.
"Jadi Kementerian Kesehatan juga yang akan meneruskan kepada misalnya KSP, atau pihak lain yang berkepentingan yang memang harus mengetahui informasinya," tuturnya.