Komisi X DPR diminta memberikan saran atau masukan yang solutif daripada membandingkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Persoalan revitalisasi Taman Ismail Marzuki (TIM) yang kini dialami Anies dinilai tak bisa disamakan bobotnya dengan Jokowi merelokasi pedagang pasar tradisional saat menjabat sebagai Wali Kota Solo.
"DPR berhentilah menghabiskan waktu untuk hanya membanding-bandingkan. Membandingkan itu bukan solusi, nggak ada kemajuan nantinya. Nggak bisa membandingkan kondisi Solo dengan Jakarta," kata pengamat politik Hendri Satrio kepada wartawan, Kamis (27/2/2020).
Hendri menuturkan Jokowi, saat menjadi Wali Kota Solo, telah menjalin komunikasi berkali-kali dengan para pedagang pasar tradisional Terkait soal revitalisasi TIM yang diprotes para seniman, Hendri menduga komunikasi terjadi dengan cepat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pak Jokowi prosesnya lama itu, nggak cuma sekali (komunikasi), ada berapa puluh kali ngomongnya, baru (pedagang pasar tradisional) dipindahkan. Sedangkan kalau di Jakarta, masyarakatnya kan maunya cepat," sambung dia.
"Kalau yang diambil contoh Solo, kurang pas. Karena Pak Jokowi tidak pernah melakukan apa yang dia lakukan di Solo kok selama jadi Gubernur DKI Jakarta," lanjut Hendri.
Menurut Hendri, setiap orang memiliki gaya memimpin dan pendekatan. Daripada mengomentari hal tersebut, Hendri lebih setuju jika para dewan membahas program kerja.
"Gaya komunikasi Pak Jokowi ada kelebihannya, Mas Anies juga. Ada baiknya DPR itu nggak membicarakan hal-hal seperti itu lagi. Berikan saja solusi tentang program, atau kalau misalnya mau mengadakan penilaian, ya nilailah program," imbuh dia.
Simak Video "Ditanya soal Pansus Banjir, Anies Melengos Hindari Wartawan"