Pilot Batik Air, Kapten Destyo Usodo, mengaku kaget saat diminta mengevakuasi 238 WNI dari Wuhan, China. Destyo melawan rasa takut yang sempat membuatnya ragu.
"Pertama, saat ada assignment tugas dari atasan kami H-2 saat itu terus terang saya terkejut dan kaget. Saya pikir ini tugas buat rute yang normal, tapi ini misi kemanusiaan yang harus membawa saudara kita semua WNI yang ada di Hubei," kata Destyo saat berbincang dengan Menlu Retno Marsudi di Kantin Diplomasi Kemlu, Jalan Taman Pejambon, Jakarta Pusat, Senin (18/2/2020).
Destyo sempat mengalami kekhawatiran. Namun rasa percaya dirinya kembali muncul saat semua tim telah melakukan persiapan dengan matang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saat itu tentu ada sedikit kekhawatiran, tetapi setelah diyakinkan kembali bahwa segala mitigasi yang sudah kita ukur bersama dan kita juga memiliki semacam mitigasi dan juga WNI yang sehat. Jadi itu yang jadi salah satu kita menjadi percaya diri dan mengatur segala sesuatu sesuai dengan yang diharapkan," kata dia.
Saat pesawat lepas landas dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Cengkareng, pesawat terus dipantau satelit sehingga apa pun yang akan terjadi Destyo siap menghadapi semua kemungkinan itu.
"Pada saat lepas landas dari Jakarta kita tetap dipantau, dibantu, dan dikontrol oleh teman-teman Mision Control Batik dan TNI AU. Intens juga kita memiliki satelit communication dari pesawat menuju Batik Air. Jadi just in case apapun yang terjadi pada saat penerbangan kita sudah siap menghadapi," ungkapnya.
Saat tiba di Bandara Internasional Tianhe, Wuhan, Destyo mengaku kaget. Kondisi bandara tidak seperti yang dia bayangkan. Semua lampu menyala, namun suasana tampak sepi.
"Saat kita landing itu sepi sekali. Terminal nyala semua lampu, tapi tidak ada pergerakan, kebetulan di belakang ada evakuasi dari Air India, 10 menit sebelumnya," kata Destyo.
WHO Belum Bisa Prediksi Penyebaran COVID-19 ke Depannya:
Saat WNI mulai naik ke pesawat, pria kelahiran Jayapura itu menulis kata-kata semangat untuk 238 WNI dan tim evakuasi. Dia berharap tulisan tersebut bisa memberikan energi positif kepada mereka.
"Pada saat itu, mohon maaf, Bu (Menlu) saya ingin memberikan moment of truth. Jadi pada saat WNI di Wuhan mulai memasuki pesawat, komunikasi yang menyemangati mereka adalah menulis kertas di depan kokpit 'Ayo mulih, rek' (ayo pulang, kawan) dan 'We love you'," tegas Destyo. Tulisan itu lalu disampaikan kepada para WNI yang dievakuasi.
Saat pesawat memasuki wilayah Indonesia, Destyo kembali memberikan semangat kepada semua penumpang. Dengan bangga, dia mengucapkan kata selamat datang di Tanah Air.
"Pada saat kita masuki Indonesia region, di situ kita announcement 'Semua WNI selamat datang kembali di Republik Indonesia, Tanah Air tercinta'," kenang Destyo.
Destyo menyakini misi kemanusiaan itu terlaksana dengan baik atas dasar kerja sama semua pihak. Dia pun mengucapkan terima kasih atas bantuan itu.
"Dan kita semua sepakat dan terima kasih teman-teman atas koordinasi yang luar biasa. Kita bisa menyelesaikan tugas tanpa, semuanya berjalan dengan lancar," sebutnya.
Rasa haru pun tak terhindarkan pada saat Destyo menerima ucapan terima kasih dari WNI yang telah selesai menjalani observasi di Natuna, Kepulauan Riau. Destyo pun merasa bangga karena berhasil membawa WNI kembali ke Indonesia dengan selamat.
"Pada saat observasi di Natuna kita juga berkomunikasi dengan mereka dan mereka mengucapkan terima kasih. Dan pada saat perpisahan di Natuna, tentunya itu menjadi momen bagi kami untuk bertemu dengan WNI, di situlah kami terharu, bangga, dan sangat bangga membawa mereka kembali ke negara Indonesia tercinta ini," pungkasnya.