Polisi Ungkap Modus Eksploitasi Seksual pada Anak Via Info Loker di Medsos

Polisi Ungkap Modus Eksploitasi Seksual pada Anak Via Info Loker di Medsos

Kadek Melda - detikNews
Senin, 17 Feb 2020 19:55 WIB
Kasubdit Renakta Ditreskrimum Polda Metro Jaya AKBP Piter Yanottama
Kasubdit Renakta Ditreskrimum Polda Metro Jaya AKBP Piter Yanottama (tengah) (Foto: Kadek Melda Luxiana/detikcom)
Jakarta -

Polisi mengatakan informasi lowongan pekerjaan (loker) di media sosial kini menjadi salah satu modus eksploitasi seksual terhadap anak-anak. Dalam informasi loker itu, mereka dijanjikan bekerja di sebuah rumah makan dan kebanyakan dari mereka berasal dari luar Jakarta.

"Untuk saat ini modus tren kejahatannya (eksploitasi seksual anak) adalah diawali menebar informasi-informasi yang menggiurkan terutama soal lapangan kerja di medsos," kata Kasubdit Renakta Ditreskrimum Polda Metro Jaya AKBP Piter Yanottama, dalam konferensi pers kasus eksploitasi seksual dan perdagangan anak melalui media online di Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA), Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Senin (17/2/2020).

"Membuat postingan dibutuhkan loker karyawan toko di wilayah Jaksel misalnya. Kemudian bekerja di rumah makan, itu nanti bagi anak-anak yang merasa mungkin latar belakang ekonominya kekurangan Ingin bekerja baik dari luar kota dari Subang dari Karawang segala macem," sambungnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Piter menjelaskan, setelah melihat info loker melalui medsos, anak-anak itu kemudian menghubungi kontak yang tertera dalam postingan. Setelahnya mereka melakukan komunikasi lebih lanjut.

"Mereka menemukan info loker kemudian menghubungi admin di situ. Dari situ mereka kemudian berkomunikasi," jelasnya.

ADVERTISEMENT

Piter mengungkapkan para anak-anak itu dibujuk dan dirayu untuk bekerja di tempat kerja yang enak, gaji yang menarik dan akan diberikan fasilitas penunjang. Bagi mereka yang tidak memiliki ongkos pun akan dijemput dan di bawa ke lokasi, salah satunya Cafe Khayangan.

"Diceritakan disampaikan sesuatu yang indah-indah bujuk rayunya segala macem nanti bekerja di Jakarta. Tempat bagus gaji menarik, bahkan diberikan fasilitas. Tapi saya nggak punya duit, tenang nanti saya transfer kemudian saya jemput di terminal," ucap Pieter menirukan percakapan.

"Setelah dijemput baru kemudian dibawa ke suatu tempat yang salah satunya Cafe Khayangan itu. Di situ dia masih belum tahu ini tempat pekerjaannya," lanjutnya.

Sesampainya di lokasi, Piter menceritakan sudah ada preman-preman yang sudah menanti kedatangan mereka. Handphone (HP) mereka juga dirampas.

"Ada rumah makan, dan lain-lain nah di situ lah kemudian HP yang bersangkutan dirampas. Kemudian di situ sudah ada preman-premannya. Di situ lah awal mula penyekapan terhadap anak itu," tuturnya.

Mereka, dikatakan Piter, juga mendapat tekanan lantaran memiliki utang ongkos dari kampung halamannya yang dibiayai itu. Mereka pun tidak dapat keluar dari lokasi lantaran masih memiliki tunggakan utang.

"Kemudian di bawah tekanan itu anak itu mau nggak mau kamu harus kerja. Kamu ke sini sudah dibiayai segala macem sehingga menjadi utang. Kemudian keluar aturan-aturan pekerjaan yang tadi disampaikan satu hari harus melayani, kalau kamu tidak melayani tidak bekerja, kamu tidak akan pernah selamanya keluar dari sini karena kamu tidak bisa bayar utang," ucap Piter.

Setiap harinya anak-anak itu ditargetkan harus melayani 10 orang dengan pendapatan Rp 50 ribu per sekali melayani. Jika tidak memenuhi target, anak-anak itu akan dikenai denda sebesar Rp 500 ribu.

"Sedangkan setiap hari mendapat Rp 150 ribu sekali melayani anak itu cuma dapet Rp 50 ribu. Dan sehari harus melayani 10 orang. Kalau di bawah 10 denda Rp 500 ribu. Tren saat ini masih seperti itu," pungkas Piter.

Halaman 2 dari 2
(knv/knv)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads