Puluhan warga lanjut usia (lansia) masih banting tulang di Sekka Sekka, Polewali Mandar, Sulawesi Barat (Sulbar). Mereka bekerja sebagai pemecah batu.
Fatiah salah satunya. Nenek 75 tahun yang hidup seorang diri itu mengaku sudah puluhan tahun bekerja sebagai pemecah batu di kawasan perbukitan dekat rumahnya di Kelurahan Batupanga, Kecamatan Luyo.
"Saya ini asal bekerja demi hidup. Saya tidak pernah menghitung jumlahnya (penghasilan dari memecah batu)," kata Fatiah dalam bahasa daerah saat ditemui, Minggu (16/2/2020).
Berbekal sepotong besi yang difungsikan sebagai linggis, sebuah ember, dan palu usang, Fatiah memecah batu dari pagi hingga sore. Dia mengumpulkan batu seukuran genggaman lantas dipecahkannya menjadi kerikil.
![]() |
Rekan sepekerjaan Fatiah, Noer, berkata senada. Noer, yang juga berusia 75 tahun, mengaku bekerja sebagai pemecah batu sejak puluhan tahun lalu.
"Di sini saya sudah puluhan tahun," ucap Noer.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Setidaknya dalam sehari Noer mengaku mampu memecah batu menjadi kerikil hingga 20 ember. Setelahnya kerikil-kerikil itu dia jual.
"Kalau sudah jadi kerikil dijual seharga Rp 330 ribu per 4 kubik, lama dikumpulkan, sekitar 10 hari kalau sendiri. Kalau berkelompok bisa lebih cepat," kata Noer.