Jalan Deposito T8, RT 03 RW 10, Kelapa Gading, Jakarta Utara, didatangi aparat kepolisian bersenjata lengkap pada dini hari tadi. Lokasi itu merupakan tempat kejadian perkara penyiraman air keras terhadap penyidik senior KPK, Novel Baswedan, yang dilakukan dua oknum Polri.
Puluhan polisi tiba di lokasi tersebut pada Jumat (7/2/2020), sekitar pukul 03.00 WIB. Mereka hendak menggelar rekonstruksi penyerangan terhadap Novel.
"Untuk rekan-rekan media, karena ini area akan digunakan untuk rekon, dimohon agak menjauh ya," kata salah satu pria yang diketahui sebagai anggota Polda Metro Jaya.
Polisi melakukan sterilisasi di lokasi. Setiap akses jalan menuju lokasi rekonstruksi ditutup. Tampak sejumlah polisi disiagakan di tiap gang.
Awak media yang sebelumnya telah diminta menjauh dari lokasi rekonstruksi sejauh 100 meter, kemudian diminta menjauh lagi sejauh 350 meter. Dengan penjagaan ketat dan jauh dari pengamatan wartawan serta warga yang hendak menyaksikan, rekonstruksi digelar secara tertutup.
Polisi mengaku membawa dua tersangka, yakni RM dan RB, untuk memeragakan ulang aksi penyerangan yang dilakukan hampir tiga tahun silam itu.
"Ada 10 adegan dan ada beberapa adegan tambahan sesuai dengan pembahasan tadi di lapangan," kata Wadir Krimum Polda Metro Jaya, AKBP Dedy Murti, usai rekonstruksi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Novel Baswedan: Jangan Ada Pihak yang Dikorbankan:
Sikap polisi yang tertutup ini tak hanya mengundang tanda tanya. Kuasa hukum Novel Baswedan, Saor Siagian, menilai semestinya rekonstruksi digelar terbuka saja.
"Ya mestinya kan terbuka. Ini kejadian penyerangannya kan di tempat terbuka. Kita juga bertanya mengapa misalnya mesti dilakukan. Ya kita tidak tahu apa penyebabnya (polisi tertutup). Kawan-kawan kan lebih tepat bertanya kepada kepolisian, apa di otak polisi, mengapa di pikiran polisi itu kemudian melakukan rekonstruksi dan tidak mengizinkan orang untuk melihatnya gitu," tanya Saor.
Saor juga mempertanyakan soal waktu pelaksanaan rekonstruksi yang dilaksanakan pada dini hari. Meskipun insiden penyiraman tersebut terjadi usai Novel melaksanakan ibadah salat Subuh, menurutnya, rekonstruksi tidak perlu dilaksanakan sesuai waktu kejadian.
![]() |
"Ya memang kejadian serangan itu subuh ya, kan tetapi kan untuk rekonstruksi tak juga harus dibuat kan pada waktu yang sama sehingga seandainya direka ulang kan supaya jelaskan lebih baik. Misalnya ada penerangan sehingga lebih paham untuk mengetahui kejadiannya sesungguhnya. Karena ini rekonstruksi mestinya kan tidak ada alasan kemudian penyidik untuk, soalnya kan ditempat terbuka ya. Namanya memperagakan gitu," tuturnya.
Saor juga mempertanyakan sikap kepolisian yang belum mempertemukan kedua tersangka dengan Novel. Padahal, kata dia, Novel sangat ingin bertemu dengan kedua orang tersebut.
"Sampai detik ini kan belum ada polisi meminta supaya dipertemukan dengan dua tersangka," tutupnya.
Pendapat Saor sama dengan Novel. Dia pun menilai janggal waktu pelaksanaan rekonstruksi kasusnya itu.
"Iya saya sepakat (ada kejanggalan). Memang rekonstruksi kan mestinya dibikin lebih terang, tempatnya juga nggak harus di sini, waktunya juga nggak harus sama dan lain-lain," kata Novel di kediamannya pada pagi harinya.
Menurut Novel, seharusnya waktu rekonstruksi digelar saat lebih terang. Mengingat matanya yang sensitif cahaya membuatnya tak bisa mengikuti rekonstruksi yang menggunakan lampu penerangan itu.
"Saya hanya melihat ketika menggunakan cahaya dan itu berbahaya bagi kesehatan saya, makanya saya menyampaikan untuk tidak mengikuti. Saya kira sesederhana itu," jelasnya.
Novel menyampaikan kondisi mata kirinya semakin bermasalah karena permanen mengalami kebutaan. Dia tak bisa mengikuti proses rekonstruksi karena dokter tak memperbolehkan mata kirinya beraktivitas.
"Ya jadi kuasa hukum menyampaikan ke penyidik saya hari Senin sampai Rabu baru pulang dari Singapura, ada masalah kesehatan serius. Saya nggak boleh banyak aktivitas di mata kiri. Diproses pemeriksaan penyidik yang sampai malam akibatnya mata kiri saya sampai sekarang permanen nggak bisa lihat lagi, itu masalah serius," cerita Novel di lokasi pada pagi hari tadi usai proses rekonstruksi selesai.
![]() |
"Ketika rekonstruksi semalam lokasi jalan dimatikan lampu jalan sehingga saya yakin akan ada lampu portabel padahal mata kanan saya sensitif dengan cahaya," sambungnya.
Menjawab pertanyaan pihak Novel, Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Yusri Yunus menyampaikan alasan rekonstruksi digelar dini karena penyidik ingin mendapatkan gambaran riil. "Kan kejadiannya Subuh, jadi disesuaikan dengan waktu pada saat kejadian itu kan setelah orang bubaran dari masjid. Ya bisa saja begitu (siang atau pagi hari), tapi lebih baik lagi disesuaikan dengan waktunya kejadian kan lebih riil, sesuai kondisi di lapangan," kata Yusri saat dihubungi.
Yusri kemudian menerangkan penyidik memakai pemeran pengganti untuk memerankan Novel saat rekonstruksi tadi. Rekonstruksi, imbuh Yusri, bertujuan melengkapi berkas perkara.