3. Awalnya Hanya Dirayakan Kalangan Istana
Cap Go Meh dulu dilakukan secara tertutup untuk kalangan istana. Festival dilakukan pada malam hari dengan menyediakan banyak lampion dan aneka lampu warna-warni. Lampion adalah pertanda kesejahteraan hidup bagi seluruh anggota keluarga. Ketika pemerintahan Dinasti Han berakhir, barulah Cap Go Meh dikenal oleh masyarakat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
4. Ada Barongsai dan Petasan
Ketika Cap Go Meh, ada Tarian Barongsai dan Liong (naga). Masyarakat juga bisa makan onde-onde. Sepanjang perayaan, diramaikan dengan kembang api dan petasan.
Barongsai adalah simbol kebahagiaan, kegembiraan, dan kesejahteraan. Sedangkan Liong dianggap sebagai simbol kekuasaan atau kekuatan. Sementara petasan dipercaya dapat mengusir energi negatif dan akan membersihkan seluruh lokasi yang dilalui Barongsai.
5. Dirayakan di Berbagai Negara
Perayaan Cap Go Meh atau Perayaan Lampion dirayakan di seluruh dunia. Di Indonesia, khususnya di Bogor dirayakan di Jalan Suryakencana, Bogor, Jawa Barat.
Sedangkan di Jakarta, perayaan Cap Go Meh dipusatkan di dua tempat yaitu di Thamrin 10 dan di kawasan Pecinan, Pasar Glodok. Rencananya Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan akan menghadiri perayaan puncak Cap Go Meh di kawasan Pasar Glodok, pada Sabtu (8/2/2020).
Baca juga: Meriahnya Perayaan Cap Go Meh di Ibu Kota |
Cap Go Meh di Singkawang bahkan menjadi Pawai Tatung dan festival Lampion yang memikat wisatawan dalam maupun luar negeri. Di luar negeri yakni di Taiwan, Cap Go Meh dirayakan sebagai Festival Lampion. Di Asia Tenggara, dikenal sebagai hari Valentine Tionghoa, yakni wanita-wanita yang belum menikah berkumpul bersama dan melemparkan jeruk ke dalam laut. Adat itu berasal dari Penang, Malaysia. Di China, Cap Go Meh disebut Festival Yuanxiao atau Festival Shangyuan. Perayaan Cap Go Meh dilakukan untuk memberi penghormatan terhadap Dewa Thai Yi, dewa tertinggi di langit pada zaman Dinasti Han.
(nwy/erd)