Peristiwa kebakaran hutan dan lahan (karhutla) pada 2015 menjadi catatan bagi Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk mengevaluasi penanganan musibah tersebut. Sebab, karhutla yang asapnya sampai ke negara tetangga terjadi di awal kepemimpinannya.
"Di dalam pengalaman saya tahun 2015, betul-betul sebuah kebakaran besar. Sebagai presiden yang baru saja berapa bulan, tahu-tahu dapat peristiwa itu sehingga kesiapan kita saat itu masih baru melihat lapangannya. Saat itu 2,5 juta hektare lahan kita terbakar, baik lahan gambut dan hutan," ujar Jokowi di Istana Negara, Jakarta Pusat, Kamis (6/2/2020).
Hal ini disampaikan Jokowi saat memberikan arahan dalam upaya peningkatan pengendalian karhutla tahun 2020. Setelah itu, pada 2016 dan 2017, kata Jokowi, luas lahan yang terbakar turun.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Begitu 2016 kita berkumpul, bruk..., 2017 turun ini terkecil menjadi 150.000 hektare yang terbakar dari sebelumnya 2,5 juta hektare (di tahun 2015)," kata Jokowi.
Namun luas lahan yang terbakar kembali naik pada 2018 dan 2019. Inilah yang membuat Jokowi bertanya-tanya. Jokowi tidak ingin Indonesia mengalami karhutla besar seperti di Rusia dan Australia.
"Tapi 2018 naik lagi menjadi 590.000 hektare. Ini ada apa? Sudah bagus-bagus 150 kok naik lagi. (Tahun) 2019 naik lagi jadi 1,5 ini apa lagi, apa kurang yang dicopot? Apa kurang persiapan? Kita tidak ingin seperti kebakaran di Rusia mencapai 10 juta hektare, Brasil 4,5 juta, Bolivia 1,8, Kanada 1,8 juta, dan terakhir kebakaran besar terjadi di Australia, informasi pagi tadi 11 juta hektare," jelas Jokowi.
Pada kesempatan yang sama, Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud Md menjelaskan karhutla besar pada 2019 yang berkepanjangan disebabkan kurangnya intensitas hujan. Sampai-sampai, Jokowi meninjau lokasi karhutla di Provinsi Riau pada September lalu.
"Memang pada 2019 tampak berbeda dari tahun sebelumnya, disebabkan kondisi iklim, kurangnya hari hujan dan intensitas hujan, serta pola kemarau. Beberapa provinsi di Sumatra tertutup kabut asap. Di samping itu, masalah kabut asap juga usik hubungan regional dengan negara tetangga," ujar Mahfud.