Kisah Dg Mangung, Pria di Takalar dengan Perut Bengkak Bak Hamil Besar

Kisah Dg Mangung, Pria di Takalar dengan Perut Bengkak Bak Hamil Besar

Hermawan Mappiwali - detikNews
Rabu, 05 Feb 2020 09:39 WIB
Rahman Dg Mangung, pria di Takalar yang perutnya bengkak bak perempuan hamil besar (Dok. Istimewa)
Foto: Rahman Dg Mangung, pria di Takalar yang perutnya bengkak bak perempuan hamil besar (Dok. Istimewa)
Takalar -

Rahman Dg Mangung (41), warga Takalar, Sulawesi Selatan (Sulsel), sempat menjadi perhatian di media sosial karena perutnya yang bengkak menyerupai perempuan hamil besar. Rahman Dg Mangung divonis dokter mengidap tumor langka.

Dg Mangung, sapaan akrabnya, selama ini menetap di Desa Bontosunggu, Kecamatan Galesong Utara, Takalar, yang kesehariannya bekerja sebagai buruh bangunan. Namun itu dulu. Sekarang ia tidak lagi leluasa bekerja mencari nafkah karena kondisi kesehatannya yang memprihatinkan.

"Sudah lama sakit itu kodong (kasihan). Tahun 2017 pernah pingsan istrinya jadi dia angkat (gendong). Tapi waktu ngangkat itu istrinya, kayak ada narasa (sesuatu) pecah di dalam perutnya," ujar sepupu Dg Mangung, Nasrullah Dg Sijaya (41) kepada wartawan, Rabu (5/2/2020).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sejak saat itu, Dg Mangung disebut selalu merasa kesakitan disertai rasa panas pada perutnya. Dia pun berobat ke rumah sakit di Kabupaten Takalar lalu dirujuk ke RSUP Wahidin Sudirohusodo, Makassar. Namun proses berobat Dg Mangung di rumah sakit disebut tak pernah maksimal hingga perutnya bengkak sejak 3 bulan terakhir.

"Jadi di Wahidin dia diperiksa, dikontrol terus tapi katanya satu tahun terakhir itu belum ada penjelasan jelas dari dokter (soal penyakit yang diderita)," ujar Nasrullah.

ADVERTISEMENT

"Nanti dia rasa membesar 3 bulan terakhir ini, itumi baru ada penjelasan. Dokter katanya ini tumor jenis baru," sambung Nasrullah.

Meski telah divonis mengidap tumor, proses berobat Dg Mangung tak kunjung membaik. Pasalnya, Dg Mangung tidak lagi punya biaya akomodasi berobat. Menurut Nasrullah, Dg Mangung setiap hari harus mengeluarkan biaya akomodasi sedikitnya Rp 250 ribu satu kali berangkat berobat ke RSUP Wahidin.

"Itu hanya biaya perjalanan saja, dia rental mobil dengan perjalanan sekitar 2 jam. Belum lagi kalau sampai di rumah sakit, dia dapat nomor antrean tinggi jadi harus menunggu lama sekali. Biasa sore mi lagi (tidak terasa sudah sore), ndag maksimal lagi berobatnya. Baru tidak ada juga keluarga yang tinggal di Makassar, jadi memang harus start dari Takalar kalau mau berobat ke Wahidin," jelasnya.

Selain itu, kata Nasrullah, Dg Mangung kerap diminta dokter untuk berobat ke klinik terkait penyakitnya. Dg Mangung juga disarankan kemotrapi agar bisa menjalani operasi pengangkatan tumor.

Namun menurut Nasrullah, Dg Mangung, saat diminta ke klinik ataupun kemotrapi, hanya bisa pulang ke rumahnya lantaran tidak punya biaya.

"Dia sudah tidak kerja, anaknya juga masih kecil-kecil," katanya.

Akibat kondisi yang rumit itu, Dg Mangung saat ini hanya bisa menetap di rumah. Dia hanya mengandalkan obat seadanya. "Tidak (tak lagi berobat) karena persoalan itumi tadi (biaya)," ujar Nasrullah.

Saat ditanya soal ada tidaknya bantuan pemerintah untuk Dg Mangung, Nasrullah mengaku belum ada bantuan biaya berobat oleh pemerintah. Namun Nasrullah mengaku mengupayakan mencari bantuan.

"Kalau saya sendiri ini sedang mencoba mencari bantuan di Kabupaten. Belum ada (bantuan) ini, tapi diusahakan," ucap Nasrullah.

Halaman 2 dari 2
(gbr/gbr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads