Terawan yang segera berkantor di Natuna mengatakan pemilihan Lanud Raden Sadjad paling cocok karena sesuai berdasarkan kajian.
"Nah, di situlah muncul akhirnya setelah beberapa alternatif ya harus kompleks militer, sesuai aturannya supaya disiplin. Paling cocok kompleks militer yang bandaranya juga menjadi kompleks lalu lintas udara militer, yaitu Natuna, jadi semuanya ini berdasarkan semua kajian," kata Terawan di Kompleks MPR/DPR, Senayan, Jakarta, Senin (3/2).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Terawan, permintaan warga Natuna yang menginginkan 238 WNI dari Wuhan dirawat di kapal perang tak manusiawi. Dia pun mengajak masyarakat berpikir rasional.
"Bayangin kalau di kapal, kita ndak manusiawi, kapalnya juga apalagi kalau kapalnya kapal perang, memang tak disiapkan untuk itu, itu ada anak-anak, ada ibu hamil. Jadi kita harus rasional lah, kita ingin semua dijaga," ujar Terawan.
Terawan pun dengan tegas akan tetap mengobservasi 238 WNI dari Wuhan di Lanud Raden Sadjad. Dia berjanji menjelaskan kepada warga Natuna soal prosedur penanganan observasi para WNI tersebut.
"Iya, jelas tidak. Kita akan tetap di situ dan akan terus menjelaskan kepada warga Natuna bahwa apa yang kita lakukan sesuai prosedur yang ada. Ya pelan-pelanlah kita beri tahu, kita kan tetap jaga kesehatan warga Natuna ataupun warga Indonesia yang lain, tanggung jawab pemerintah, tanggung jawab kita semua," ucap Terawan.
(gbr/zlf)