BKKBN Dorong Sekolah Ajari Kesehatan Reproduksi, Terutama ke Remaja Putri

BKKBN Dorong Sekolah Ajari Kesehatan Reproduksi, Terutama ke Remaja Putri

Jefrie Nandy Satria - detikNews
Rabu, 29 Jan 2020 20:04 WIB
Kepala BKKBN, Hasto Wardoyo
Foto: Eko Susanto/detikcom
Jakarta -

Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo, mengatakan pihaknya telah menemui Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim. Dia meminta agar kesehatan reproduksi (kespro) diajarkan di sekolah.

"Saya kemarin datangi Pak Menteri Pendidikan ya, Nadiem Makarim, dan kami minta kespro itu masuk ke sekolah, kesehatan reproduksi itu masuk sekolah. Itu penting menurut saya," kata Hasto Wardoyo di kantor Wapres, Jalan Veteran III, Gambir, Jakarta Pusat, Rabu (29/1/2020).

Hasto mengatakan hal ini dilakukan sebagai upaya melindungi remaja perempuan. Dengan adanya edukasi soal kespro, Hasto berharap resiko penyakit semisal potensi kanker mulut rahim pada perempuan dapat ditekan.

"Jadi anak-anak remaja, perempuan-perempuan usia 16 tahun, itu ndak ngerti tentang dirinya. Dia tidak ngerti kalau sexual intercourse atau hubungan seks pada usia 16 tahun itu sangat berlipat-lipat meningkatkan kanker mulut rahim," jelas Hasto.


Hasto menuturkan perempuan memiliki resiko gangguan kesehatan lebih tinggi jika melakukan hubungan seks pada usia dini dibandingkan laki-laki. "Pacarnya atau partnernya yang laki sih easy going ya dia, begitu hubungan seks, pergi, nggak punya resiko," sambung Hasto.

Hasto menyebut edukasi kesehatan reproduksi sangat diperhatikan di negara-negara maju. Misalnya terkait posisi mulut rahim di usia remaja.

"Kalau kita terangkan coba ini loh mulut rahimnya kalau 16 tahun masih menghadap ke luar. Kemudian yang mau jadi kanker, tuh masih di luar. Sehingga kalau kontak seksual daerah yang potensi kanker, itu dia akan menjadi kanker 10-15 tahun yang akan datang. Kayak gini kan penting diekspos ke mereka," jelasnya.


Selain itu dia juga mengungkapkan soal pencegahan stunting. Dia menuturkan seharusnya upaya preventif dilakukan sebelum kehamilan calon ibu.

"Stunting itu dicegahnya sebelum dia hamil sebetulnya. Karena sebelum hamil itu harus minum asam folat, harus minum zinc untuk suaminya spermanya biar bagus, istrinya minum asam folat biar telurnya bagus. Sehingga embrionya bagus gitu loh," lanjut dia.

Dari sisi perencanaan penganggaran, menurut Hasto, pemerintah sering kali terlambat mendapatkan data stunting. Hal ini kerap jadi kendala di lapangan.

"Datanya tuh telat. Sekarang kita dapat laporan stunting, terus kita merencanakan untuk melakukan suatu treatment buat anak stunting itu tapi kan merencanakannya untuk yang berikut ini sudah butuh waktu beberapa bulan. Padahal dia ditreamentnya hanya bisa sampai 2 tahun," jelas Hasto.


Hal lain yang menurut Hasto perlu diperhatikan adalah dirubahnya budaya berpikir masyarakat tentang pemenuhan nutrisi di dalam tubuh. Menurutnya, ketidaksadaran akan nutrisi tubuh itu membuat sebagian masyarakat abai dengan kebutuhan nutrisi.

"Banyak orang yang hidup di ikannya banyak, pertaniannya bagus, tapi stunting. Banyak orang-orang yang di tepi-tepi laut yang nelayan-nelayan itu anaknya stunting, karena justru ikan yang segar tidak di makan, dia justru makannya makanan-makanan yang dijual, yang tidak nutrisi yang cukup," ungkap Hasto.

Halaman 2 dari 2
(jef/aud)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads