Umat Hindu hari ini, Kamis (23/01), merayakan Hari Raya Siwaratri 2020. Perayaan ini juga dikenal sebagai malam peleburan dosa.
Siwaratri--yang artinya pelebur kegelapan--berasal dari dua kata, yakni siwa dan ratri. Siwa merupakan manifestasi Tuhan, yaitu Dewa Siwa, yang berfungsi sebagai pelebur. Sedangkan ratri berarti malam atau kegelapan.
Berikut asal-usul Siwaratri yang dirangkum detikcom:
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
1. Asal-usul
Asal-usul Siwaratri tidak lepas dari kisah Lubdaka yang ditulis Empu Tanakung. Dikisahkan, seorang pemburu binatang memiliki banyak dosa karena membunuh binatang tak bersalah.
Suatu malam ia terpaksa bermalam di hutan sambil berdiam diri di atas pohon agar tidak tidur dan terjatuh. Tanpa dia sadari, malam itu adalah hari Siwaratri.
Sambil bermalam, ia menyesali semua perbuatannya membunuh binatang tak bersalah dan berjanji dalam hati untuk tidak melakukannya lagi. Setelah meninggal, arwah sang pemburu binatang dimasukkan ke neraka.
Pada waktu itu, muncullah Dewa Siwa yang membebaskan sang pemburu binatang. Pasukan Cikrabala yang bertugas membawa pemburu ke neraka mempertanyakan hal tersebut.
Dewa Siwa menjelaskan sang pemburu telah menebus dosa-dosanya dengan begadang semalaman dan menyesali perbuatannya sehingga berhak mendapat pengampunan. Kisah itu pun menggambarkan Hari Raya Siwaratri, yakni malam peleburan dosa.
2. Cara Pelaksanaan
Merayakan Hari Raya Siwaratri dilakukan dengan tiga hal, yakni monabrata (berdiam diri dan tidak berbicara), upawasa (tidak makan dan tidak minum), dan jagra (berjaga atau tidak tidur)
Namun tak semua wajib dilakukan dalam Siwaratri. Utamanya, melakukan monabrata, upawasa, dan jagra. Kemudian, bisa melakukan upawasa dan jagra saja. Terakhir bisa melakukan jagra saja.
Selamat melaksanakan Hari Raya Siwaratri ya!
Simak Video "Tradisi Entas-Entas Leluhur Warga Hindu Wlingi Blitar"