Koalisi Pejalan Kaki menolak pembangunan jembatan penyeberangan orang (JPO). JPO dinilai tidak ramah bagi para pejalan kaki.
"Kami pejalan kaki 'radikal', karena apa, karena menolak pembangunan JPO. Karena pembangunan JPO itu apapun bentuknya nggak ramah," kata Koordinator Koalisi Pejalan Kaki Sandy Apriliansyah kepada wartawan di Jl MH Thamrin, Jakarta Pusat, Rabu (22/1/2020).
Hal itu diungkapkan Sandy dalam kegiatan 'Refleksi dalam rangka memperingati Hari Pejalan Kaki Nasional' yang jatuh pada tanggal 22 Januari. Dalam aksi tersebut, Koalisi Pejalan Kaki membawa sejumlah poster.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sandy juga mengkritisi Pemprov DKI Jakarta yang mempertahankan revitalisasi JPO bertangga. JPO dengan anak tangga dinilai tidak ramah bagi kaum perempuan, anak-anak dan lansia.
"Itu pasti mereka nyerah lewat yang namanya JPO, karena mereka harus naik dulu, muter-muter dan lain-lain. Apalagi JPO pakai tangga, itu kan terjal banget dan itu benar-benar nggak ramah," tuturnya.
Meski ada beberapa JPO yang dilengkapi fasilitas lift, namun hal itu dianggap masih kurang. Bahkan ada yang liftnya tidak berfungsi.
"Cuma bisa nggak Pemprov menjamin lift itu berjalan. Karena sudah banyak sekali pembangunan JPO yang tangga kemudian pemerintah bilangnya 'ada lift', ternyata liftnya nggak berfungsi," katanya.
Sandy mencontohkan salah satu lift di JPO Tosari yang kemudian dirobohkan karena tidak berfungsi. Begitu juga dengan lift di JPO Sarinah.
"Tosari itu ada lift-nya tapi nggak berfungsi. Sarinah sampai sekarang masih ada, tapi tidak berfungsi. Ini kan baru dan lain, tapi itu barunya kan berumur," ujarnya.