"Kalau itu kan harus dibuktikan dengan data dong, banyaknya berapa, terus penyebabnya apa karena sekolah apakah karena memang sakit, jadi harus jelas, kalau dia membuat pernyataan seperti itu, angka 2, 3 itu banyak kalau dalam definisi jumlah. Terus harusnya dibuat perbandingan juga berapa banyak yang belajar di Jakarta, kaya orang Surabaya yang pindah ke Jakarta kan banyak, jadi harusnya perbandingan itu harus clear secara data," kata penasihat Fraksi PKS DPRD DKI, Nasrullah, kepada wartawan, Jumat (17/1/2020) malam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Semuanya kan aktivitasnya di Jakarta, nah karena semuanya itu ke Jakarta ya wajar tingkat polusinya tinggi, semua. Karena penduduknya banyak sekarang yang dilakukan adalah penghijauan, Pak Anies kan mulai bikin taman-taman semua kan mengarah ke sana," ujar dia.
Sebelumnya, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini membeberkan mengenai sejumlah cara menekan solusi di wilayahnya. Dia terus menambah jumlah pohon karena jumlah kendaraan di Surabaya terus bertambah.
"Makanya Surabaya seperti hutan. Di tengah kota tapi seperti hutan. Karena selalu saya tambah terus (pohonnya) karena mobilnya tambah terus," kata perempuan yang akrab disapa Risma itu dalam gelaran Indonesia Millenial Summit, di The Tibrata, Jakarta, Jumat (17/1/2020).
Risma kemudian membanggakan tingkat polusi di Surabaya membaik dan kesehatan warga meningkat. Menurut dia, hal itu berdampak terhadap perkembangan industri properti di Surabaya.
Kondisi itu juga, kata Risma, menyebabkan banyak warga Jakarta berpindah ke Surabaya karena banyak anak-anak terjangkit asma.
"Indeks properti di Surabaya setinggi di Indonesia karena lingkungan kita bagus. Banyak warga Jakarta pindah ke Surabaya karena anaknya asma. Begitu ke Surabaya mereka nggak sakit lagi," ungkapnya.
Halaman 2 dari 2
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini