"Nggak jelas itu," kata Yenny di Kemenko Polhukam, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Kamis (16/1/2020).
Yenny menilai tindakan itu berpotensi membuat sekat di antara masyarakat. Yenny meminta tak ada pembiaran atas tindakan serupa ke depannya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Yenny tak hanya menyesalkan tindakan tersebut, tapi juga mengecam. Sebab hal tersebut membuat adanya ketidaksetaraan antarmasyarakat seperti yang dijelaskan dalam konstitusi.
"Saya bukan cuma menyesalkan juga mengecam kalau ada apa namanya tepuk-tepuk semacam itu karena akan membuat perpecahan di tengah masyarakat akan membuat eksklusi orang yang berbeda dari kita diperlakukan berbeda, jadi tidak ada kesetaraan lagi di antara masyarakat. Tapi undang-undang kita jelas konstitusi kita jelas, menjamin kesetaraan hak antara semua warga negara apa pun latar belakang agama, suku latar belakang ekonomi, dan sebagainya," sebut Yenny.
Diberitakan sebelumnya, pembina Pramuka asal Gunungkidul yang menjadi peserta kursus pembina pramuka mahir tingkat lanjutan (KML) Kwarcab Kota Yogyakarta bikin heboh. Dia mengajarkan tepuk dengan yel-yel 'Islam Islam Yes, Kafir Kafir No' ke para siswa saat praktik KML di SDN Timuran Yogyakarta.
Peristiwa ini terjadi Jumat (10/1) lalu sekitar pukul 10.00-11.00 WIB. Tepuk bertendensi sektarian tersebut terungkap setelah salah satu wali murid berinisial K buka suara. K tak terima setelah melihat sendiri ada pembina Pramuka mengajarkan tepuk demikian. (gbr/gbr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini