"Jadi sungai-sungai Ciliwung di DKI dan penyangganya di Depok, misalnya, sekarang sudah kawasan perkotaan, kalau dulu adalah kawasan hutan begitu hujan air langsung meresap ke bawah tanah," kata Bambang dalam seminar 'Sinergitas Pengelolaan Banjir di kawasan Jabodetabek' di Kampus UI Salemba, Jakarta Pusat, Rabu (15/1/2020).
Bambang juga menyoroti kondisi situ yang ada saat ini. Bambang menyebut ada 15 situ hilang dan diduga beralih sebagai permukiman warga.
"Namun sekarang semenjak (pengelolaan) situ diserahkan ke kami, sebelumnya kan pemda yang mengurusi. Kami inventarisasi pengukuran dan patokan itu kami terima dari 206 situ. Kami inventarisasi 15 tidak ditemukan dan 33 situ sudah menciut lahannya sisanya kami belum tahu, cuma tendensinya sebagian situ sudah terjadi alih fungsi," katanya.
Bambang mengatakan sebenarnya ada lebih dari 400 situ yang tersebar di Jabodetabek. Namun, menurutnya, situ-situ itu telah hilang karena tidak dijaga.
"Jadi kalau bicara history situ di Jabodetabek ada lebih dari 400 situ, bahkan ada yang bilang sampe 600 situ. Kenapa sekarang nggak ada, karena selama ini situ tidak dikelola dengan baik," katanya.
"Sehingga terjadi sedimentasi yang dibiarkan lama-lama airnya meninggi dan menjadi daratan, situ yang tadinya genangan air akhirnya menjadi daratan dan dimanfaatkan masyarakat. Akhirnya situ menciut, berkurang lahannya. Itu yang terjadi sehingga sekarang ini banyak lahan, situ atau danau yang sudah diokupasi oleh pengembang," lanjut Bambang.
Dia mengajak masyarakat dan pihak terkait mempertahankan situ yang ada. Bambang mengatakan daerah resapan air berfungsi sebagai pengendali banjir.
"Jadi mari kita sama sama untuk mempertahankan. Karena situ-situ ini akan berfungsi sebagai daerah konservasi, kemudian situ ini juga akan membantu pengendalian banjir. Bahkan kita bisa manfaatkan di musim kemarau," tuturnya.
Halaman 3 dari 2
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini