Sosok ketiga non muslim teman Nabi Muhammad SAW kali ini adalah Addas, seorang pembantu di kebun anggur milik Utbah. Addas adalah seorang pemuda nasrani pengantar buah anggur untuk Nabi Muhammad yang lelah usai dikejar-kejar penduduk Thaif.
Thaif adalah sebuah tempat di dataran tinggi berjarak kurang lebih 60 mil dari Makkah. Suatu hari di musim panas tahun 619 Masehi. Dalam buku Sirah Nabawiyah karya Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri disebutkan bulan Syawal tahun 10 Nubuwah atau awal bulan Juni tahun 619 Masehi. Nabi Muhammad SAW pergi ke Thaif untuk berdakwah.
Sang penghulu nabi dan rasul itu pergi berjalan kaki berdua dengan seorang pembantunya, Zaid bin Haritsah. Di setiap daerah yang dilalui, tak lupa putra Abdullah bin Abdul Muthalib itu mengajak warga memeluk Islam, beriman hanya kepada Allah SWT dan mengakui Muhammad SAW utusan-Nya.
Namun tak satupun dari warga yang mau memenuhi ajakan Nabi Muhammad SAW. Hingga kemudian tiba di Thaif, Rasulullah SAW menemui tiga orang bersaudara pemimpin Bani Tsaqif. Mereka adalah anak-anak dari Amr bin Umair Ats-Tsaqfi yakni: Abd Yalail, Mas'ud dan Hubaib.
Kepada ketiganya, Rasulullah dengan ramah mengabarkan tentang Islam dan mengajak mereka hanya menyembah Allah SWT dan mengakui Muhammad utusan-NYA. Namun ketiganya terang-terangan menolak dakwah Nabi Muhammad SAW.
"Jika Tuhan benar-benar mengutusmu, aku akan meruntuhkan Kakbah," kata salah satu pimpinan Bani Tsaqif seperti dikutip dari novel biografi, Muhammad: Lelaki Penggenggam Hujan karya Tasaro.
Mendapat penolakan tersebut, Rasulullah tak lekas pulang ke Makkah. Dikutip dari buku Sirah Nabawiyah karya Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri, Muhammad berada di Thaif selama 10 hari.
Lelaki yang yatim sejak dalam kandungan itu tak lelah mengajak warga Thaif agar beriman kepada Allah SWT dan mengakui Nabi Muhammad SAW sebagai Rasulullah. Namun tak seorang pun warga di Thaif yang mau.
Mereka malah ramai-ramai mengusir Nabi Muhammad SAW. Ayahanda Fatimah Az Zahra radhiallahu 'anha itu pun pergi meninggalkan Thaif. Namun warga mengejar Rasulullah dan Zaid bin Haritsah. Bahkan beberapa di antara mereka mencaci dan melempari Rasulullah dengan batu.
Dikisahkan salah satu batu mengenai tumit Nabi Muhammad dan berdarah. Zaid yang berusaha melindungi Rasulullah juga terkena lemparan batu dan tubuhnya penuh luka. Namun serangan dari warga Thaif tak kunjung berhenti.
Orang-orang Thaif baru berhenti mengejar dan menyerang saat Nabi Muhammad dan Zaid masuk ke kebun milik Utbah dan Syaibah, dari suku 'Abd Syams, keturunan Quraisy. Rasulullah kemudian duduk di bawah rerimbunnya pohon anggur.
Sang kekasih Allah itu kemudian dengan suara lembut memanjatkan doa:
![]() |
Artinya:
"Ya, Allah, kepada-Mu juga aku mengadukan kelemahan kekuatanku, kekurangan siasatku dan kehinaan di hadapan manusia. Wahai Yang Paling Pengasih di antara para pengasih, Engkau adalah Rabb orang-orang yang lemah, Engkau Rabbku, kepada siapa hendak engkau serahkan diriku? Kepada orang jauh yang bermuka masam kepadaku, ataukah kepada musuh yang akan menguasai urusanku? Aku tidak peduli asalkan Engkau tidak murka kepadaku, sebab sungguh teramat luas afiat yang Engkau limpahkan kepadaku. Aku berlindung dengan cahaya Wajah-Mu yang menyinari segala kegelapan dan karenanya urusan dunia dan akhirat menjadi baik, agar Engkau tidak menurunkan kemarahan-MU kepadaku atau murka kepadaku. Engkaulaha yang berhak menegurku hingga Engkau Ridha. Tidak ada daya dan kekuatan selain dengan-Mu."
Saat Nabi Muhammad mengucap doa, dari pinggir kebun Utbah dan Syaibah merasa turut bersedih. Tak tega mereka melihat saudara sekaumnya teraniaya. Mereka pun memanggil seorang pembantunya, Addas yang beragama Nasrani.
"Ambil setandan buah anggur ini dan serahkan kepada orang itu," kata Utbah kepada pembantunya.
Addas kemudian mendekati Rasulullah dan menyodorkan setandan anggur. Rasulullah memetik sebutir anggur dan mengucapkan terimakasih.
"Bismillah (Dengan nama Allah)," sabda Rasulullah sebelum memakan anggur tersebut.
Addas kaget dengan kalimat yang baru saja dilafalkan Rasulullah. Dia pun bertanya soal kalimat tersebut.
"Dari negeri mana asalmu dan apa agamamu," tanya Rasulullah kepada Addas.
"Aku seorang Nasrani dari penduduk Ninawy (Nineveh)," jawab Addas.
"Nineveh, kota tempat asal seorang hamba yang saleh, Yunus putra Matta," Sabda Rasulullah.
Addas pun semakin kaget. Dia pun bertanya tentang Yunus bin Matta yang kemudian dijawab Rasulullah, "Beliau (Yunus) adalah saudaraku, Beliau seorang nabi begitu pula aku."
Pemuda Nasrani itu pun memeluk dan mencium tangan serta kaki Rasulullah. Namun rupanya Utbah dan Syaibah tak berkenan dengan perilaku Addas.
Setelah rasa lelah hilang, Rasulullah dan Zaid meninggalkan kebun milik Utbah dan Syaibah. Cucu kesayangan Abdul Muthalib itu pun kembali ke Makkah
Sejumlah literatur menyebutkan bahwa pada akhirnya Addas memeluk Islam. Tempat bertemunya Rasulullah dengan Addas di Thaif itu kini diabadikan dengan dibangun sebuah masjid bernama Masjid Addas.
Setiap sore Tim Hikmah detikcom akan menurunkan kisah-kisah inspiratif dari Nabi Muhammad SAW dan para sahabat. Kumpulan berita harian Hikmah terbaru dan terlengkap seputar Islam dan kisah inspiratif bisa dibaca di sini.