"Ya kalau dilarang plastik, oke. Solusinya udah ada belum? Ya kalau ngurangin mungkin bisa, tapi harus ada solusinya apa. Kalau memang sama sekali nggak boleh, semua sekarang bahannya plastik. Tempat nasi juga plastik," kata seorang pedagang plastik bernama Herman di Pasar Minggu, Jalan Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Selasa (7/1/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kain (kantong ramah lingkungan) emang ada kan, tapi harganya bisa kejangkau nggak? Di supermarket aja itu kalau mau belanja kan dihitung Rp 5.000. Plastik kan murah, paling jatuh Rp 100, paling mahal Rp 200. Harganya satu pak Rp 23.000 isi 40 lembar," tegas Herman.
![]() |
Herman mengatakan dirinya sudah berjualan kantong plastik sekali pakai ini selama 35 tahun. Menurutnya, untung yang didapatkan per bulan pun cukup untuk makan sehari-hari.
"Sebulan paling nggak nyampe Rp 8 juta," kata Herman.
Menurut Herman, kantong plastik dapat digunakan untuk berbagai bahan makanan, termasuk jika itu memiliki kandungan air. Bahan kantong belanja ramah lingkungan, seperti kain, kata Herman, tidak menyerap air.
"Buktinya, contoh kemarin Lebaran Haji kemarin pakai itu (kantong ramah lingkungan dari kain) ceceran darah ke mana-mana ya kan, bahannya rembes airnya kan, ke mana-mana nggak nyerap air kan langsung tumpah kan. Kalau plastik kan bisa langsung nampung nggak bocor," kata Herman.
"Kalau semua pakai kain, mencukupi nggak? Kan nggak mencukupi. Kayak kantong beras itu sekarang malah langka. Ada, tapi harganya naik. Kan itu bukan solusi, mempersulit rakyat kecil itu namanya. Ya kalau orang 'gede' ya enak-enak aja nggak pernah ke pasar," sambungnya.
Pada intinya, kata Herman, bukan sampah yang menjadi sorotan. Herman mengatakan pemerintah seharusnya melakukan pengelolaan terkait sampah plastik di Ibu Kota.
"Sebenarnya intinya bukan masalah sampahnya, pengelolaannya saja ya. Itu kan tanggung jawab pemerintah daerah," pungkas Herman.
Halaman 2 dari 2
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini