Banjir 2020, Bagaimana Cara Menyikapinya dalam Islam

Banjir 2020, Bagaimana Cara Menyikapinya dalam Islam

Rosmha Widiyani - detikNews
Rabu, 01 Jan 2020 23:56 WIB
Banjir 2020 dan cara umat Islam menyikapinya (Foto: Ari Saputra/detikcom)
Jakarta - Banjir 2020 atau genangan air diperkirakan masih terus terjadi, seiring hujan yang masih turun di sejumlah wilayah. Bagi warga yang tinggal di bantaran sungai atau wilayah dengan ketinggian minimal, banjir nyaris tak bisa dihindari. Menghadapi banjir, bagaimana menghadapi musibah ini dalam Islam?



Penyikapan muslim terhadap banjir menjadi bahan riset Understanding the Concept of Al-Ibtila' (Trial) in Personality Development: The Muslim Flood Victims' Experience tahun 2016. Riset M Khairul Naim dari Academy of Islamic Studies, University of Malaya, Kuala Lumpur, Malaysia, dkk ini dimuat dalam jurnal International Review of Management and Marketing. Studi berdasarkan banjir besar yang sempat terjadi di Malaysia pada 2014.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut peneliti, religiusitas berperan penting dalam proses rehabilitasi korban banjir terutama yang merasa trauma. Islam mengajarkannya dalam konsep al-ibtila' atau cobaan yang merupakan pemahaman atas qada dan qadar. Studi ingin mengetahui konsep al-ibtila' membantu korban memperoleh kontrol atas situasi yang menimbulkan stres, putus asa, dan menyiksa.



Konsep al-ibtila tentunya telah disebutkan dalam Al-Qur'an, misal dalam Al-Anbiya ayat 35



كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ۗ وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً ۖ وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ

Arab-latin: Kullu nafsin żā`iqatul-maụt, wa nablụkum bisy-syarri wal-khairi fitnah, wa ilainā turja'ụn

Artinya: Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.

Ayat lain yang menyinggung konsep trial atau al-ibtila' adalah Al-Baqarah ayat 124

وَإِذِ ابْتَلَىٰ إِبْرَاهِيمَ رَبُّهُ بِكَلِمَاتٍ فَأَتَمَّهُنَّ ۖ قَالَ إِنِّي جَاعِلُكَ لِلنَّاسِ إِمَامًا ۖ قَالَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي ۖ قَالَ لَا يَنَالُ عَهْدِي الظَّالِمِينَ

Arab-latin: Wa iżibtalā ibrāhīma rabbuhu bikalimātin fa atammahunn, qāla innī jā'iluka lin-nāsi imāmā, qāla wa min żurriyyatī, qāla lā yanālu 'ahdiz-zālimīn

Artinya: Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman: "Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia". Ibrahim berkata: "(Dan saya mohon juga) dari keturunanku". Allah berfirman: "Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang yang zalim".



Penelitian ini dilakukan melalui survei terhadap 300 responden dan wawancara kepada lima korban banjir terkait al-ibtila' serta banjir. Al-ibtila diyakini sebagai cobaan pada orang baik saat melakukan hal baik sebagai tanda kasih sayang Allah SWT. Jika lulus ujian akan mendapat pahala dan derajat yang makin tinggi di sisi Allah SWT. Studi membuktikan, pemahaman al-ibtila' berdampak pada pembangunan karakter dan emosi korban banjir.

Percaya pada takdir Allah SWT dan ada pelajaran yang bisa diambil dari banjir, terbukti berperan penting dalam rehabilitasi dan pembangunan nilai positif pada korban banjir. Kepercayaan mempengaruhi emosi yang diperlihatkan korban misal tetap tenang, bebas stres dan tekanan, sabar, pekerja keras, tidak mudah mengeluh, dan tak terpancing konflik.

Al-ibtila' ternyata tak hanya membangun pikiran positif, tapi juga mengembalikan semangat seluruh korban banjir untuk menghadapi musibah tersebut secara kolektif. Korban banjir saling memberi empati dan bantuan sehingga beban dari musibah ini bisa ditanggung bersama tanpa konflik atau stres. Dengan riset ini, al-ibtila' terbukti tidak hanya mengatasi trauma tapi juga memberi banyak dampak baik dengan adanya pikiran positif.

Riset menyarankan pemerintah atau lembaga sosial tidak hanya fokus pada bantuan fisik atau finansial pada korban banjir. Penanganan juga perlu aspek psikologis dan spiritual untuk membangun motivasi atau sekadar konseling. Bantuan bisa diberikan melalui masjid, mushola, atau rumah ibadah lain untuk mengingatkan korban banjir terkait ketetapan Allah SWT dan nilai positif di balik musibah banjir.

Banjir tidak mungkin lepas dari perilaku masyarakat sekitar terhadap lingkungannya. Hal ini telah dinyatakan Allah SWT dalam Al-Qur'an surat Ar-rum ayat 41.



ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

Arab-latin: zaharal-fasādu fil-barri wal-bahri bimā kasabat aidin-nāsi liyużīqahum ba'dallażī 'amilu la'allahum yarji'un

Artinya: Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi, supay Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).

Perilaku yang mengganggu lingkungan, misal buang sampah sembarangan, sebaiknya tidak lagi dilakukan supaya tak mengganggu aliran air yang mengakibatkan banjir. Selain memperbaiki perilaku pada lingkungan, sangat disarankan selalu berdoa supaya selalu dalam perlindungan dan berkah Allah SWT.

Halaman 2 dari 3
(row/erd)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads