Marcos, Diktator Filipina yang Kabur dengan 24 Emas Batangan

Mesin Waktu

Marcos, Diktator Filipina yang Kabur dengan 24 Emas Batangan

Pasti Liberti Mappapa - detikNews
Senin, 30 Des 2019 16:33 WIB
Foto: Upacara militer melepas keberangkatan Ferdinand Marcos meninggalkan Amerika Serikat pada 1982 (Wikimedia Commons)
Jakarta - Tepat tanggal ini, pada 1965 Ferdinand Marcos dilantik menjadi Presiden Filipina yang kesepuluh. Bekas pengacara ini kemudian memimpin Filipina selama 21 tahun. Setelah turun jabatan, dia lari ke Hawaii

Ferdinand Marcos lahir dari keluarga politisi. Ayahnya Mariano Marcos anggota kongres Filipina pada 1925. Keluarga ini pernah dituntut atas tuduhan pembunuhan seorang politisi bernama Julio Nalundasan pada Desember 1938. Julio dua kali mengalahkan Mariano dalam pemilihan umum.


Sejumlah orang bersaksi melihat Ferdinand yang melakukan eksekusi itu. Pengadilan tingkat pertama menjatuhkan hukuman mati pada Ferdinand dan ayahnya atas tuduhan pembunuhan berencana. Namun upaya banding klan Marcos berhasil, Mahkamah Agung Filipina membebaskan mereka dari hukuman itu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Setelah Ferdinand lolos dari hukuman itu meletuslah Perang Dunia Kedua. Dia bergabung dengan Angkatan Bersenjata Amerika Serikat di Filipina sampai dengan pangkat Mayor.

Kisahnya di militer kemudian jadi kontroversi baik di Filipina maupun Amerika Serikat. Dalam buku biografi resmi berjudul Marcos of The Philippines karya Hartzell Spence yang diterbitkan pada 1969, Ferdinand digambarkan sebagai seorang prajurit dengan keberanian besar.


Tonton juga Topan Phanfone Terjang Filipina, 20 Orang Tewas :



Buku itu mengisahkan kisah heroik Ferdinand yang katanya menyergap satu kompi pasukan bersepeda Jepang di awal 1942. Dia disebut berhasil menewaskan 40 tentara Jepang dalam peristiwa itu.

Atas sejumlah jasanya, Ferdinand mengklaim menerima tiga medali utama dari Amerika Serikat yakni Distinguished Service Cross, Silver Star, dan Order of the Purple Heart. Selain itu Ferdinand juga disebut mendapatkan 31 medali lainnya.

Belakangan National Historical Commission of The Philippines (NHCP) pada Juli 2016 mengeluarkan hasil penelitian terkait riwayat dinas kemiliteran Ferdinand Marcos. Penelitian itu dilakukan sehubungan rencana memindahkan makam Ferdinand ke pemakaman pahlawan Libingan ng mga Bayani

Menurut kesimpulan NHCP, catatan militer Ferdinand penuh dengan mitos, inkonsistensi, dan kebohongan. NHCP juga mengutip pendapat sejarawan Ateneo de Manila University, Ambeth Ocampo yang menduga AS sengaja memelihara mitos tersebut tetap ada karena membutuhkan bantuan Filipina semasa berkobarnya perang Vietnam.

Seperti hal karier militernya yang jadi kontroversi, begitu juga dengan masa pemerintahannya selama 21 tahun. Saat mulai menghadapi banyak kritikan, Ferdinand memenjarakan lawan-lawan politiknya dan sejumlah aktivis. Termasuk kemudian terjadi peristiwa pembunuhan pemimpin oposisi Benigno Aquino Jr.

Istri Benigno, Corazon Aquino pendatang anyar di percaturan politik Filipina lalu muncul sebagai lawannya. Di sisi lain kesehatan Ferdinand terus menurun. Dia pun merancang pemilu lebih awal pada 7 Februari 1986 yang kemudian diwarnai dengan kecurangan, intimidasi, dan kekerasan.

Usai pemilu, sejumlah pendukungnya juga telah mendeklarasikan kemenangan. Namun organisasi pemantau, The National Citizens' Movement for Free Elections (NAMFREL) menyatakan sebaliknya. Corazon pun mengajak massa turun ke jalan melakukan protes.


Sadar tak ada lagi dukungan pada dirinya, Ferdinand melarikan diri dari negaranya pada 25 Februari 1986 bertepatan dengan pengambilan sumpah Corazon sebagai presiden.

Bersama keluarganya Ferdinand mendarat di Pangkalan Udara Hickham milik Angkatan Udara As di Hawaii. Mereka membawa banyak barang. The Guardian menyebut daftar barang-barang itu dalam catatan Bea Cukai AS mencapai 23 halaman.

Barang yang diangkut dengan dua pesawat Lockheed C-141 itu terdiri dari 23 peti kayu, 12 koper dan tas, dan berbagai kotak, yang isinya termasuk pakaian, 413 buah perhiasan, termasuk 70 pasang manset bertatahkan permata, 24 batu bata emas yang bertuliskan "Untuk suamiku pada peringatan 24 tahun kami."

Ferdinand juga membawa lebih dari 27 juta peso Filipina dalam wesel yang baru dicetak. Barang-barang yang dibawa bernilai total USD 15 juta. Mahkamah Agung Filipina memperkirakan, Ferdinand mengumpulkan lebih dari USD 10 miliar saat menjabat.
Halaman 2 dari 4
(pal/fjp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads