Penyerangan itu diklaim sebagai aksi balas dendam atas dua peristiwa kekerasan atas pesawat milik maskapai El Al milik Israel. Pada 22 Juli 1968 dalam perjalanan dari Israel menuju Roma, Italia pesawat El Al dipaksa mendarat di Aljirs, Aljazair.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Organisasi The Popular Front for the Liberation of Palestine (PFLP) di Beirut, yang berideologi kombinasi Marxis-Leninis dan nasionalisme Arab, mengaku bertanggung jawab atas penembakan itu.
Dua peristiwa itu membuat militer Israel memutuskan menyusun serangan atas pesawat milik maskapai penerbangan negara Arab yang berada di Bandara Beirut. Bandara ini terletak sekitar 90 km arah utara dari Rosh-Hanikra, di perbatasan Israel-Lebanon.
Tonton juga Warga Palestina Protes Israel Menduduki Wilayah Hebron :
Kantor berita Reuters melansir pihak pemerintah Israel mengklaim serangan itu harus dilakukan karena grup penyerang maskapai Israel tersebut bermarkas di Beirut, Lebanon.
Awalnya militer Israel berencana melakukan aksi balasan berupa pembajakan. Namun misi itu berubah jadi aksi penghancuran. Pada 28 Desember, satuan tugas operasi yang sangat terlatih berkumpul di Pangkalan Udara Ramat-David dipimpin Brigadir Jenderal Rafael Eitan.
Mereka ditugaskan menyabotase sebanyak-banyaknya pesawat milik maskapai penerbangan Arab, sambil menghindari kerugian terhadap warga sipil dan kerusakan pada pesawat milik maskapai lain.
Operasi pun dimulai pukul 20.37 waktu setempat. Prajurit diangkut dengan helikopter menuju sasaran dengan perkiraan waktu tempuh 45 menit. Tiga regu dengan inisial 'Uzi', 'Digli', dan 'Negbi' dengan kekuatan masing-masing 20-22 orang didaratkan sektor barat, timur, dan terminal bandara.
Tak sampai setengah jam masing-masing grup penyerang berhasil meledakkan sejumlah pesawat. Pada pukul 21.47, helikopter penjemput pasukan ini mendarat di Lebanon.
Tercatat 14 pesawat hancur. Middle East Airlines (MEA) menderita kerugian sebanyak 8 pesawat, lalu 4 pesawat Lebanese International Airways, dan 2 lagi milik Trans-Mediterranean Airways. Total kerugian ditaksir mencapai USD 40 juta.
Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa bereaksi atas serangan itu dengan mengeluarkan Resolusi 262 pada Desember 1968. Israel mendapat kecaman keras atas aksi militer pada fasilitas sipil tersebut.
Halaman 2 dari 3
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini