Jakarta - Hari ini pada 1986, ahli
nuklir Uni Soviet bernama Andrei Dmitrievich Sakharov dibebaskan dari tempat pengasingannya di Gorky. Sakharov berperan besar dalam merancang Tsar Bomba, bom hidrogen yang punya kekuatan 1.000 kali lebih besar daripada gabungan bom atom Hiroshima dan Nagasaki,
Jepang.Lulusan Moscow State University ini awalnya bekerja di sebuah laboratorium pabrik senjata di Ulyanovsk sebagai bagian pengabdian pada negara dalam masa perang.
Setelah perang berakhir, Sakharov memboyong keluarganya kembali ke kota kelahirannya,
Moskow. Dia memperdalam ilmu fisika di The Lebedev Physics Institute of the Soviet Academy of Sciences (FIAN). Dua tahun kemudian, dia berhasil menyelesaikan pendidikan doktoralnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat mentornya bernama Igor Y Tamm ditunjuk sebagai pimpinan grup peneliti khusus di FIAN untuk menyelidiki kemungkinan pengembangan sebuah bom termonuklir yang juga dikenal dengan
bom hidrogen, Sakharov diajak bergabung. Di kelompok itu, Sakharov bergabung dengan ilmuwan lain, seperti Vitaly Ginzburg dan Yuri Romanov.
Ilmuwan-ilmuwan Soviet itu menemukan sejumlah ide pokok pengembangan bom hidrogen setelah melewati beberapa tahap. Khusus untuk Sakharov, pria yang lahir pada 1921 itu merancang desain bom hidrogen dengan performa tinggi, menggunakan kompresi radiasi dikenal dengan 'The Third Idea'.
Tonton juga Korut Mau Lanjutkan Proyek Nuklir, Trump: Kami Punya Sanksi Penuh :
Rancangan para ilmuwan ini berhasil melewati uji coba pada 22 November 1955 di atas Semipalatinsk yang terletak di timur laut Kazakhstan. Kini tempat uji coba senjata yang dikenal dengan nama 'The Polygon' sudah dinonaktifkan.
Situasi berubah pada akhir dekade 1950. Sakharov mulai mengkhawatirkan konsekuensi moral dan politik temuannya. Dia berusaha membujuk pemerintah Soviet membatalkan kelanjutan proyek bom hidrogen, namun gagal.
Patung Sakharov di Rusia (Wikimediacommons) |
Pemimpin Soviet, Nikita Khrushchev, tetap merancang uji coba sebuah bom hidrogen berkekuatan 100 megaton. Pada 30 Oktober 1961 pagi, pesawat pengebom Tu-95 membawa bom yang diberi nama Tsar Bomba ke atas kepulauan Novaya Zemlya yang terletak sekitar 400 km dari daratan Uni Soviet.
BBC menyebut Tsar Bomba memiliki panjang 8 meter dengan diameter 2,6 meter dan berat lebih dari 27 ton. Fisiknya kurang-lebih sama dengan 'Little Boy' dan 'Fat Man',
bom atom yang menghancurkan dua kota di Jepang pada Agustus 1945.
Setelah tiba di titik uji coba, pesawat yang terbang di ketinggian 10 km melepas bom yang diikatkan pada parasut raksasa seberat 1 ton. Tsar Bomba yang turun perlahan diledakkan pada ketinggian sekitar 4 km ketika waktu di Moskow menyentuh pukul 11.32.
Dahsyatnya ledakan bom tergambar dari bola api sampai 8 km, cahayanya bisa terlihat sampai 1.000 km. Setelah ledakan terbentuk awan jamur yang membubung sampai setinggi 64 km, dengan topinya menyebar hingga membentang hampir 100 km dari ujung ke ujung.
Tsar Bomba juga melepaskan energi yang hampir tidak dapat dipercaya. Setara dengan 57 juta ton TNT. Angka ini lebih dari 1.500 kali dari gabungan bom Hiroshima dan Nagasaki, dan 10 kali lebih kuat dari semua amunisi yang dikeluarkan selama Perang Dunia Kedua.
Melihat hasil mengerikan dari ciptaannya, Sakharov bertambah yakin mengambil posisi melawan pemerintah sebagai tanggung jawabnya sebagai ilmuwan. Melalui aksi dan tulisannya, dia memperingatkan bahaya besar nuklir yang mengancam umat manusia serta menyerukan pengurangan senjata nuklir.
Atas aktivitasnya itu, Sakharov dilarang terlibat lagi dalam proyek-proyek militer. Namun atas usahanya dia diganjar Nobel Perdamaian pada 1975. Pemerintah Soviet yang kecewa atas penghargaan itu mencegah Sakharov menghadiri upacara anugerah Nobel di Oslo, Swedia.
Sakharov tetap melanjutkan aksi kritis pada pemerintah Soviet. Akhirnya pada Januari 1980, pemerintah Soviet mengasingkan Sakharov ke kota tertutup Gorky (sekarang Nizhny Novgorod) untuk membungkamnya menyusul kecamannya atas invasi Soviet ke Afghanistan dan seruan agar dunia memboikot Olimpiade Moskow yang digelar pada Juli 1980.
Sekretaris Jenderal Partai
Komunis Uni Soviet Mikhail Gorbachev yang sekaligus kepala pemerintahan akhirnya membebaskan Sakharov dari tempat pengasingannya. Dia diizinkan kembali ke Moskow. Pada Maret 1989, Sakharov sempat terpilih jadi anggota parlemen. Namun wafat sembilan bulan kemudian.
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini