Peneliti departemen politik dari Center for Strategic and International Studies (CSIS), Arya Fernandes, dua istri Marhaenis yang bisa menjadi kades itu merupakan bukti dinasti politik masih kuat. Dinasti politik menurutnya merambah hingga level yang lebih kecil.
"Itu menunjukkan dinasti politik itu sudah menyebar ke daerah dan di sejumlah daerah dinasti politik itu menguat pada level yang lebih kecil, misal kades. Kalau sebelumnya masih banyak bupati kemudian anaknya anggota dewan kemudian gubernur anaknya bupati, yang di blitar itu menunjukan pada level yang lebih kecil sekalipun itu dinasti politik terjadi gitu," kata Arya saat dihubungi, Senin (16/12/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Dua Istri Wabup Blitar Dilantik Jadi Kades |
Arya menilai dinasti politik bertahan karena ada sejumlah faktor mulai dari kekuatan finansial hingga pengaruh yang politik yang kuat dari Marhaenis Urip Widodo selaku wakil bupati. Menurutnya, faktor-faktor itulah yang membuat dua istri Urip Widodo dengan mudah mengungguli rivalnya.
"Bisa bertahan karena finansial dan pengaruh politik jadi kemenangan istri wabup itu salah satu variabel penjelasannya adalah karena suaminya wakil bupati, ada juga variabel lain misalnya kalau dia pertahana dia kerjanya bagus, kalau dia baru mungkin rivalnya tidak kuat atau dari sisi latar belakang bagus, programnya bagus. Kemenangan itu ditentukan oleh jaringan politik," sebutnya.
Selain itu, Arya menyebut dengan memiliki dua istri yang juga pejabat publik terbuka kemungkinan Urip Widodo akan melakukan penyalahgunaan kekuasaan atau abuse of power. Wabup Blitar Urip Widodo dinilai bisa saja akan membuat kebijakan-kebijakan yang menguntungkan daerah di mana dua istrinya memimpin.
"Kita tinggal lihat bagaimana dia itu. Pertama alokasi pendanaan, apakah ada pengaruh alokasi pendanaan ke istrinya itu misalnya di desa itu alokasi dananya besar di desa, itu jadi harus dilihat itu. Kedua alokasi program pemerintahan apakah lebih banyak ke desa itu atau tidak. Nah itu apakah dia akan abuse of power atau tidak akan ditentukan dari paling tidak dari dua itu. Selama menjabat dia nanti gimana alokasi pendanaan banyak nggak ke dua desa itu atau sama saja. Kalau banyak itu akan cenderung abuse of power, lalu program-program pemerintah cenderung ke sana atau tidak," sebutnya.
Namun, Arya mengatakan potensi terjadinya penyalahgunaan kewenangan dari Urip Widodo itu bisa dicegah dengan pengawasan ketat dari DPRD. "Jadi harus ada kontrol yang serius dari DPRD," tuturnya.
Dua istri Wabup Blitar itu adalah Halla Unariyanti (48 tahun), yang merupakan istri pertama wabup. Dia terpilih kembali menjadi Kepala Desa Bendosewu. Sedangkan istri kedua, Fendriana Anitasari (33 tahun), terpilih menjadi kepala desa di Desa Wonorejo.
Keduanya dilantik pada Senin (16/12). Pelantikan ini merupakan penanda keduanya melanjutkan kepemimpinan untuk periode kedua. Fendriana mengatakan berhasil meraup 2.275 suara dari 3.539 daftar pemilih tetap, dengan jumlah kehadiran 2.789 warga saat pemilihan.
"Saya akan melanjutkan visi misi yang belum terealisasi pada periode sebelumnya. Ada empat pengembangan ekonomi rakyat, yakni mengembangkan simpan pinjam syariah di BumDes, mengangkat produk unggulan genteng dan ukm serta membuat desa wisata," jawab Fendriana di ujung telepon, Senin (16/12).
Fendriana mengatakan dirinya dan Halla selalu berkoordinasi untuk memajukan desa mereka masing-masing. Secara lokasi, Desa Wonorejo berada di sebelah utara rumah pribadi Wabup, yang berada di Desa Bendosewu.
"Yang jelas kami bekerjasama agar dua desa jadi tolak ukur di Kecamatan Talun dan Kabupaten Blitar. Kebetulan dua desa ini sebagai sentra genting di Kabupaten Blitar," tuturnya.
Halaman 2 dari 2
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini