Yusuf Tewas Saat Demo di Kendari, Ibunda: Kepalanya Hancur 5 Retakan

Yusuf Tewas Saat Demo di Kendari, Ibunda: Kepalanya Hancur 5 Retakan

Mochamad Zhacky - detikNews
Selasa, 10 Des 2019 15:22 WIB
Ibu mahasiswa yang tewas saat demo di Kendari beraudiensi dengan Komisi III DPR. (M Zhacky/detikcom)
Jakarta - Ibunda mahasiswa Universitas Halu Oleo (UHO) Yusuf Kardawi, Endang Yulida, menyebut anaknya tewas saat demo ricuh di Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra), akibat pukulan benda tumpul ke kepala. Yulida mengatakan kepala putranya hancur.

Hal tersebut disampaikan Yulida saat beraudiensi dengan Komisi III DPR RI yang dipimpin sang wakil ketua, Desmond J Majesa. Yulida awalnya mengaku sempat bertemu Kapolda Sultra Brigjen Merdisyam.

"Kasus ini dibilang kasus sudah nasional, ditangani sama Mabes, kok lambat? Dia (Merdisyam) jawab, 'Bukti yang kami temukan di lapangan hanya batu.' Karena anak kami, Yusuf, meninggal akibat benda tumpul," kata Yulida menceritakan percakapannya dengan Kapolda Sultra di ruang rapat Komisi III DPR, kompleks MPR/DPR, Senayan, Jakarta, Selasa (10/12/2019).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


"Pertanyaan saya lagi, Pak, apakah di TKP itu hanya batu? Apa tidak ada benda lain? Semacam yang dipegang polisi itu, Pak, seperti pentungan, senjata, atau apa? Apa di TKP hanya batu?" imbuhnya.

Yulida menyebut batu yang ditemukan polisi di lokasi Yusuf tewas hanya sebesar kepalan tangan. Dia mempertanyakan apakah batu sebesar itu bisa sampai menghancurkan kepala. Terlebih, sebut dia, kepala Yusuf hancur sampai lima retakan.

"Pak, batu sebesar apa sih yang bisa menghancurkan kepala Yusuf sampai pendarahan? Batu yang di TKP hanya sekepal dan tidak mungkin sampai menghancurkan kepala sampai 5 retakan yang tak beraturan, Pak. Kalau itu memang benda tumpul, apa tidak ada benda tumpul lain di TKP," sebutnya sambil terisak.

Yulida meminta pihak Kepolisian mengedepankan aspek kemanusiaan dalam mengusut kasus Yusuf. Dia meminta polisi segera mengungkap pelakunya.

"Saya hanya bertanya Pak, sama Bapak Kapolda, 'Pak, tolong Pak, kasus ini Bapak selesaikan dengan hati. Bapak tolong kedepankan kemanusiaan.' Anak saya korban, berarti ada pelaku. Yang saya tuntut ini pelakunya," jelasnya.

"Kalau korban, Pak, meninggal mungkin sudah takdir, sudah jalannya anak saya. Tapi caranya Pak yang saya tidak terima, caranya yang saya tidak terima. Sadis melihat jasad anak saya," sambung Yulida sambil menangis.

Tidak hanya keluarga Yusuf yang beraudiensi dengan Komisi III. Keluarga mahasiswa Universitas Halu Oleo (UHO) lainnya, Randi, yang juga tewas dalam demo ricuh di Kendari, turut hadir.


Ayah Randi, La Sali, meminta agar pelaku yang menewaskan anaknya dihukum seberat-beratnya. Dia juga meminta Kepolisian transparan dalam mengusut kasus kematian putranya.

"Harapan saya, harapan saya sebagai orang tua Randi agar penembakan anak saya supaya dipecat dan dan dihukum berat," tutur La Sali.

Seperti diketahui, Yusuf dan Randi tewas dalam demo ricuh di depan kantor DPRD Sultra pada 26 September lalu. Yusuf tewas karena pukulan benda tumpul, sedangkan Randi tertembak di dada.
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads