Yenny Wahid: RI Harus Lebih Agresif dalam Negosiasi-negosiasi di COP25

Laporan dari Madrid

Yenny Wahid: RI Harus Lebih Agresif dalam Negosiasi-negosiasi di COP25

Mei Amelia Rahmat - detikNews
Senin, 09 Des 2019 22:52 WIB
Konferensi Perubahan Iklim (UNFCCC-COP25) (Mei Amelia/detikcom)
Madrid - Delegasi negara-negara pada ajang Konferensi Perubahan Iklim (UNFCCC-COP25) masih bernegosiasi untuk menentukan kebijakan yang akan dilakukan dalam mengatasi perubahan iklim. Delegasi Indonesia diharapkan lebih agresif dalam proses ini.

"Harus lebih agresif, harus lebih percaya diri, karena orang Indonesia itu tidak bisa menonjolkan diri, orangnya cenderung pemalu, malu-malu walaupun sebetulnya kualitas kita luar biasa dan tidak kalah dengan orang lain di dunia," kata Yenny Wahid.


Hal itu disampaikan Yenny Wahid seusai diskusi bertema 'Pergerakan Agama dalam Perubahan Iklim' pada acara COP25 di Paviliun Indonesia, Gedung Feria de Madrid (IFEMA) Madrid, Spanyol, Senin (7/12/2019) siang waktu setempat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Yenny, para negosiator harus percaya diri dalam mengemukakan pendapatnya di forum internasional ini.

"Cuma masalahnya orang kita rendah hati, tidak sombong kan gitu modelnya. Dalam negosiasi internasional kita harus kesampingkan rendah hati tersebut dan harus lebih agresif untuk menegosiasikan posisi kita," papar Yenny.





Peran Indonesia sangat strategis dalam negosiasi-negosiasi ini. Indonesia, kata dia, memiliki posisi bargaining yang cukup diperhitungkan oleh negara lain.

"Indonesia punya peran strategis, kita punya paru-paru dunia, kita punya leverage kita punya posisi tawar yang harus kita digunakan secara maksimum untuk bisa memberikan dampak dalam proses negosiasi," kata dia.


Menurutnya, Indonesia memiliki tradisi yang tidak dimiliki oleh negara-negara lain yakni kerjasama antara pemerintahan dan masyarakat sipil. Indonesia harus menonjolkan tradisi tersebut agar menjadi sebuah role model dalam konferensi negara-negara.

"Di negara lain tidak ada tradisi seperti ini. Pemerintah jalan sendiri, masyarakat sipil jalan sendiri. Indonesia kita lihat banyak kerja sama pemerintah dan dari pemerintah bisa mengisi ruang sipil dan sebaliknya. Tapi ada koordinasi di antara keduanya dan kekuatan kita harus tonjolkan sebagai sebuah model, sebagai contoh," paparnya.


Mantan anggota Komisi VII Bara Hasibuan yang juga hadir dalam forum tersebut menyampaikan bahwa tim negosiator harus lebih agresif.

"Saya serukan pemerintah sekarang lebih galak dan agresif dan aktif lagi, karena progres itu sangat-sangat slow, kebakaran hutan masih terjadi di Indonesia dan itu sumber polusi. Jadi masih banyak yang harus dilakukan dan betul kepemimpinan Indonesia sangat dibutuhkan negara-negara," kata Bara Hasibuan.
Halaman 2 dari 2
(mea/idn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads