Di Acara Anti-kekerasan Perempuan, Tsamara Ungkit Risih Disapa 'Beib'

Di Acara Anti-kekerasan Perempuan, Tsamara Ungkit Risih Disapa 'Beib'

Farih Maulana Sidik - detikNews
Senin, 09 Des 2019 20:30 WIB
Foto: Farih Maulana Sidik/detikcom
Jakarta - Ketua DPP PSI Tsamara Amany bercerita soal pengalamannya menjadi seorang politikus muda. Dia mengatakan selama di kancah politik nasional, dia kerap kali menghadapi 'kekerasan' dan direndahkan.

Hal tersebut disampaikan Tsamara dalam acara Kampanye Internasional 16 Hari Anti-kekerasan terhadap Perempuan di Institut Francais Indonesia (IFI), Senin (9/12/2019). Tsamara mengatakan beberapa kali direndahkan oleh politikus senior.

Awalnya, Tsamara bercerita, sebelum terjun ke dunia politik, dia tak percaya soal adanya kebencian terhadap perempuan. Namun, masuk ke panggung politik, pelecehan terhadap perempuan itu dirasakan secara nyata.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ketika dulu saya memperjuangkan isu-isu politik dan saya mengajak para politisi berdebat saya akan dijawab 'saya mau tampar kamu, karena kami tidak sopan'. Misalnya ketika saya menyerang salah satu politisi dengan argumentasi, dia kan jawab saya dengan panggilan 'beib' untuk merendahkan perempuan,' ujar Tsamara di IFI, Jl MH Thamrin, Jakarta Pusat, Senin (9/12/2019).


Tsamara menuturkan sebagai seorang politikus perempuan dan muda, dia merasa selalu direndahkan secara verbal. Kalimat verbal yang terlontar, menurutnya, merendahkannya sebagai politikus perempuan.

"Gimana kita kalau duduk dengan para politisi laki-laki dan kita adalah seorang perempuan muda, biasanya para politisi membuka dengan kalimat 'sini dinda sebelah abang, biar abang ajarkan kamu tentang politik'. Di satu sisi, dia mengatakan ini kekeluargaan, di sisi lain itu kalimat yang merendahkan yang menunjukkan bahwa kamu rendah dari saya, kamu perempuan, kamu muda, kamu nggak mengerti apa-apa tentang politik," katanya.




Selain itu, kata dia, laporan Komnas Perempuan menunjukkan banyak peraturan daerah yang mendiskriminasi perempuan. Dia mengatakan harus ada kesetaraan perempuan dan tidak boleh direndahkan.

"Hal itu yang harus kita perjuangkan bersama. Ketika memperjuangkan hal-hal seperti ini kita tidak menyerang agama. Kita memperjuangkan kesetaraan perempuan, di mana perempuan tidak boleh direndahkan atas dasar justifikasi apa pun," katanya.


Bertepatan dengan Hari Antikorupsi Sedunia, Tsamara lalu berbicara soal pengalaman pribadinya setahun lalu ketika menghadiri undangan KPK. Ketika itu, dia lagi-lagi merasa direndahkan sebagai politikus perempuan, lantaran diberi kesempatan duduk di depan.

Pada saat itu, Tsamara mendengar bisikan-bisikan dari politisi senior yang menganggapnya tidak pantas duduk di depan. "Karena dianggap politik kok perempuan, politik itu ya kita politisi laki-laki yang sudah senior, paling paham, kamu ngerti apa soal kompromi, kamu ngerti apa soal negosiasi," kata Tsamara.

"Karena saya biasa di seperti itu kan, dilecehkan, perempuan dianggap rendah, saya mencoba untuk menjadi laki-laki. Saya ingin membuktikan sama kuatnya dengan laki-laki, saya katakan 'Saya bisa cari duit dan lain-lain' tentu mereka ketawa 'ya coba silakan'. Tapi saya buktikan itu, saya coba fundraising saya coba jadi orang yang kuat. Intinya politisi itu nggak boleh terlihat lemah," tegasnya.

Halaman 3 dari 2
(fas/idn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads