"Untuk tenaga pengajar, sebelum mengajar harus melalui tahapan assessment, artinya guru-guru itu diseleksi ketika masuk di sini. (Assessment) mulai dari pemahaman keagamaan secara umum, maupun kompetensi dalam hal membaca konstelasi keagamaan yang ada," kata Kepala Madrasah Tsanawiah, Pesantren Ummusabri Kendari, Imanul Muttaqin, kepada wartawan, Jumat (6/11/2019).
Imanul menyadari paham radikal menyasar segala segmen usia, termasuk anak-anak di lingkungan sekolah. Karena itu Imanul merasa perlu membentengi anak-anak didiknya dari ancaman radikalisme.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Harus dimulai dari pemberian pemahaman kepada anak-anak itu sendiri tentang radikalisme. Kita mulai dari kurikulumnya, kita mulai dari pendidikan di lembaga pendidikan itu sendiri," ucap Imanul.
Imanul memastikan ponpesnya menghargai keberagaman beragama. Pemahaman mengenai perbedaan diyakini Imanul dapat melindungi para santri didiknya dari paham menyimpang.
"Ummushabri menjadi pesantren tertua di Sultra yang sangat mendukung keberagaman dalam hal keagamaan. Dari segi desain kurikulum, kita sudah menyiapkan materi materi pembekalan untuk anak didik kami agar bisa membentengi diri terhadap pemahaman tentang keberagaman aliran agama, dan cara menangkal faham radikal," terang dia.
Salah satu cara ponpesnya menanamkan rasa cinta keberagaman, dengan cara menceritakan sejarah lahirnya radikalisme.
"Kami memahami bahwa paham radikal itu tidak muncul pada zaman modern ini. Pembahasan ini sebenarnya sudah dari berabad-abad yang lalu, oleh karena itu, di Madrasah harus dibekali pemahaman awal mula dari muncul paham radikal," katanya.
Langkah ponpes ini didukung oleh kepolisian setempat. Polisi mengatakan pihaknya telah mendata ponpes-ponpes yang disinyalir terpapar paham radikal.
"Jadi memang rutin seperti tadi saya kumpulkan santri, mulai dari ibtidaiyah, tsanawiyah dan aliyah untuk memberikan pemahaman masalah radikalisme jangan sampai masuk dalam pesantren ini," jelas Kanit III, Subdit 4, Ditintelkam Polda Sultra. Kompol Jumsah.
Jumsah juga mengatakan pihaknya mempertebal upaya kontra radikal pesantren Ummushabri Kendari.
"Termasuk salah satu pesantren yang besar di Sultra inilah Ummusshabri, kurang lebih ada 2000 orang santrinya, ini menjadi sasaran utama kami melakukan kegiatan kontra radikal, itu berarti kami mencegah agar santri-santrinya jangan sampai terpapar radikalisme," tandas Jumsah.
Dirjen Pendidikan Islam: Deradikalisasi Harus Struktur, Sistematis dan Masif
(hri/hri)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini