Harian berbahasa Arab itu menyebut "Sebuah Dekrit Raja (Hussein) juga dikeluarkan untuk menganugerahkan status kewarganegaraan Yordania kepada seorang warga negara Indonesia, Prabowo Subianto Kusumo."
Saat kabar itu dimuat sejumlah media Indonesia, adik Prabowo, Hashim Djojohadikusumo bergerak mengklarifikasi. Hashim mengatakan Prabowo takkan melepaskan statusnya sebagai WNI.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hashim juga menyebut abangnya ke luar negeri karena harus berobat. Sementara kepergian ke Yordania untuk berbisnis. Prabowo pun diklaim sudah melaporkan aktivitasnya itu pada Panglima ABRI Jenderal Wiranto. "Tapi kalau memang ada permintaan untuk kembali Prabowo siap pulang ke tanah air."
Tonton juga PKS Sebut Mega Rendahkan Derajat Prabowo, Gerindra: Mega dan Prabowo Sahabat :
Prabowo memutuskan meninggalkan Jakarta di tengah pusaran masalah yang membelitnya. Presiden Bacharuddin Jusuf Habibie mencopot jabatannya sebagai Panglima Komando Strategis Angkatan Darat (Kostrad). Setelah itu, karier militernya berakhir di Dewan Kehormatan Perwira pada Agustus 1998 karena dinilai bertanggung jawab atas penculikan aktivis.
Majalah Tempo edisi 28 Desember 1998, menyebutkan bahwa saat itu Prabowo tak langsung menuju Yordania. Anak begawan ekonomi Sumitro Djojohadikusumo itu terlebih dulu terbang ke Amerika Serikat (AS) bersama Siti Hediati Hariyadi dan anaknya Ragowo Hediprasetyo.
Sebulan berada di Boston, Amerika Serikat untuk mencarikan sekolah bagi putra tunggalnya itu, Prabowo melanjutkan perjalanan ke Amman. Kabarnya putra Raja Hussein, Pangeran Abdullah yang mengundang.
Femi Adi menuliskan Pangeran Abdullah menelpon Prabowo. "What can I do? You're my friend," ujar Pangeran Abdullah. Pangeran Abdullah yang kini menjadi Raja Yordania bertemu Prabowo secara tak sengaja pada awal Desember 1995. Waktu itu, Abdullah berkunjung ke Jakarta untuk bertemu Menristek BJ Habibie. Pertemuan itu tak terjadi walau sang pangeran sudah menunggu beberapa hari.
Abdullah sempat kecewa dan membuat Dubes Yordania di Jakarta kelabakan. Untungnya dia mau diajak menghadiri pelantikan Komandan Jenderal Kopassus Prabowo Subianto. Kebetulan Abdullah juga merupakan pimpinan pasukan khusus di Yordania.
![]() |
Selain sama-sama memimpin prajurit terpilih, keduanya pernah mengenyam pendidikan di Inggris dan mengecap pelatihan militer di AS. Prabowo sempat diundang melihat latihan militer di Yordania. Begitu pun sebaliknya. Abdullah pernah mengunjungi pusat pelatihan Kopassus di Batujajar, Jawa Barat.
Begitu dekat hubungan tersebut, Tempo melaporkan saat Prabowo divonis bersalah oleh DKP, Abdullah terbang dengan pesawat pribadinya ke Jakarta khusus untuk "menghibur" sejawatnya. Abdullah bahkan datang hanya untuk makan malam bersama Prabowo dan pulang pada hari yang sama.
Kedatangan Prabowo ke Yordania pun disambut upacara militer. Dia bahkan diminta menginspeksi pasukan. Sementera di ujung barisan, Pangeran Abdullah menunggu dan kemudian memeluknya. "Di sini, Anda tetap Jenderal," ujar Abdullah pada Prabowo seperti yang dikutip dari buku "Prabowo Titisan Soeharto?".
Selama di Yordania, Prabowo juga ditawari tinggal di salah satu istana kerajaan. Namun Prabowo menolak. Dia lebih memilih tinggal di apartemen yang berdinding batu gurun warna abu-abu bersama ajudannya Edhy Prabowo yang kini menjabat Menteri Kelautan dan Perikanan.
Prabowo pun mengaku jatuh cinta pada kerajaan yang terletak di kawasan Timur Tengah itu. "Saat saya disingkirkan ABRI, oleh elite politik di Indonesia, negeri ini menerima saya dengan baik," kata Prabowo.
![]() |
Prabowo pernah mencuit soal Yordania pada akun Twitter-nya. "Bicara mengenai Raja Yordania, mungkin sebagian dari sahabat tahu saya tidak akan pernah lupa akan kebaikan beliau," tulis Prabowo pada 26 Februari 2014 lalu.
Dalam akun Twitter-nya itu, Prabowo mengaku mengasingkan diri ke Yordania karena berbagai macam tuduhan yang dialamatkan pada dirinya. "Kala itu jika ada kucing peliharaan yang hilang di ibukota - mungkin saya Prabowo Subianto yang dituduh mengambil. Lebih baik pergi sejenak," ujarnya.
Menetap di Yordania tak membuat Prabowo lepas dari rumor. Selain soal kewarganegaraan, dia juga pernah dikabarkan menjadi pelatih unit elite dari pasukan khusus yang juga menimbulkan kehebohan para petinggi di tanah air.
Belum lagi masalah masa berlaku paspornya yang habis. Prabowo berupaya memperpanjang paspornya di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Amman. Namun upayanya tersebut terbentur penolakan.
Akhirnya di suatu pagi di sekitar akhir 1999 Prabowo menuju KBRI di Singapura. Saat itu, Luhut Binsar Panjaitan baru saja ditunjuk Presiden Habibie sebagai Dubes untuk Singapura. Luhut merupakan senior Prabowo di Akademi Militer dan pasukan khusus.
![]() |
Staf Khusus Luhut Panjaitan, Atmadji Sumarkidjo menuturkan Prabowo waktu itu berpenampilan tak seperti seorang mantan jenderal yang gagah. Luhut yang terkejut melihat Prabowo menanyakan maksud kedatangan itu.
"Bang, saya dapat informasi Pak Cum sakit. Saya mau menengok, cuma paspor habis, enggak ada yang bisa memperpanjang," jawab Prabowo seperti yang pernah diceritakan Luhut pada Atmadji. Pak Cum adalah panggilan untuk ayah Prabowo, Sumitro.
Mendengar itu, Luhut menyanggupi permintaan Prabowo. Namun petugas konsuler keberatan. Rupanya ada instruksi khusus dari Jakarta untuk menolak penerbitan paspor bagi Prabowo Subianto.
Penolakan itu membuat Luhut berang. Petugas itu dipaksanya untuk menerbitkan paspor. "Walaupun kadang berseberangan hubungan keduanya (Luhut-Prabowo) memang sangat istimewa. Orang lain tidak akan mengerti," ujar Atmadji pada detikcom, Rabu (4/12/2019).
Sementara Femi Adi menuliskan salah satu kunci Prabowo bisa kembali masuk Indonesia adalah Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. Prabowo merasa percaya diri lantaran merasa dekat dengan tokoh Nahdlatul Ulama itu. "Saya dulu sering datang ke rumah Gus Dur dan memijatnya," ujar Prabowo seperti yang dikutip Femi.
Prabowo bertemu Gus Dur saat presiden keempat itu melakukan kunjungan tidak resmi ke Yordania pada akhir 1999. Dalam sebuah pertemuan di Istana Raja di Yordania, Prabowo sempat bertanya pada Gus Dur.
"Prabowo bertanya, apakah saya (Prabowo) sebaiknya pulang atau tetap tinggal dulu di Yordania," ujar Gus Dur saat menceritakan pertemuannya dengan Prabowo tersebut seperti yang dikutip Femi Adi dalam bukunya itu.
Baca juga: Prabowo Sowan Gus Dur |
Gus Dur saat itu memberi kebebasan pada Prabowo memilih pulang ke Indonesia atau menetap dulu di Yordania. "Kita patut memperlakukannya sebagai manusia biasa," kata Gus Dur.
Prabowo akhirnya bisa masuk Indonesia untuk melihat ayahnya yang sakit di awal tahun 2000. Namun, dia kembali ke Amman. Baru pada awal 2001, sosok yang kini menjabat Menteri Pertahanan itu memutuskan untuk pulang dan menetap di Indonesia.
![]() |
Halaman 3 dari 6
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini