"Sepanjang tahun 2019 ini memang kita catat terjadi beberapa kali konflik antara hewan buas dan manusia. Sebut saja di Pagaralam dan Lahat harimau, OKU ada Beruang dan babi," terang Direktur Walhi Sumsel, Khoirul Sobri kepada detikcom, Rabu (4/12/2019).
Sobri menilai ada beberapa faktor yang menjadi penyebab, salah satunya yakni soal alih fungsi hutan. Di mana hutan di daerah tersebut jadi perkebunan hingga pertambangan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Yang pertama itu terjadi di wilayah yang ekosistemnya rusak. Jadi ini bukti bahwa habitat satwa ini rusak dan berpengaruh pada kehudupan yang ada sekitar," kata Sobri.
"Sebut saja di Lahat, itu lahannya sudah hancur akibat tambang. Di sana itu ada wilayah jelajah harimau, sekarang udah jadi tambang dan perkebunan," katanya.
Akibat alih fungsi hutan, harimau 'turun gunung' dan menyerang warga. Bahkan seorang warga tewas diserang harimau sumatera saat menebang pohon.
"Kalau disalahkan masyarakat menurut saya tidak salah masyarakat, tapi yang salah adalah pemerintah karena sudah mengekuarkan izin. Izin untuk tambang dan perkebunan dengan jumlah besar," katanya.
"Yang jelas kalau hutan udah alih fungsi perkebunan dan tambang, maka habitat harimau dan satwa lain rusak. Maka itu berdampak ke masyarakat sekitar," kata Sobri.
Dengan begitu, Sobri menilai pembukaan industri besar-besaran itu yang akan jadi dampak bukan industrinya sendiri, tetapi masyarakat sekitar. Ini peringatan bahwa habitat hewan buas ini sudah hancur.
"Tidak mungkinkan hewan-hewan buas turun gunung kalau makanan mereka di hutan tercukupi. Jadi wajar hewan buas pada turun dan mencari makan, kasian masyarakat sekitar," katanya.
Terakhir, Sobri minta pemerintah daerah untuk melakukan evaluasi soal izin-izin terkait tambang dan perkebunan. Sebab jika tidak, konflik hewan dan manusia pasti akan terus terjadi.
"Ini seharusnya yang melakukan evaluasi adalah pemerintah setempat. Sebut saja Lahat, akibat tambang itu suhu di Lahat jadi panas dan ini pasti berdampak pada satwa di sana dan akan ada konflik," kata Sobri.
Sobri pun mencontohkan daerah rawan dan banyak habitat hewan buas, namun masih aman. Daerah itu adalah wilayah Sembilang yang berada di Banyuasin dan Musi Banyuasin.
"Sembilang ini juga rawan, tapi harus kita jaga. Buktinya Sembilang itu banyak kan satwa buas, tapi tidak ada konflik sebab habitatnya masih tetap terjaga. Ini salah satu bukti kalau alam dijaga, konflik pun tidak akan terjadi," Sobri.
Halaman 2 dari 3
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini