Palembang - Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Selatan terus memantau kemunculan harimau sumatera di beberapa lokasi. Bahkan, ada beberapa alasan yang diduga kuat jadi penyebabnya.
"Kemunculan harimau di Kota Pagaralam diduga berasal dari dua kantong harimau di Bukit Dingin dan Jambul Patah," terang Kasi Konservasi wilayah II BKSDA Sumsel, Tito, Selasa (3/12/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Tito, Kantong Bukit Dingin punya luas 63 ribu hektar dan membentang dari Lahat, Pagaralam, sampai Empat Lawang. Sedangkan Jambul Patah memiliki luas 282 ribu ha dan membentang dari Lahat, Pagaralam, sampai Muaraenim.
Berikut ini dugaan penyebab terjadi konflik beberapa hari terakhir di Pagaralam dan Lahat menurut catatan BKSDA Sumsel:
Konflik di Kantong Bukit Dingin NantiArea konflik di wilayah Gunung Dempo, di Kantong Bukit Dingin Nanti, mengakibatkan korban luka, Irfan (19). Berdasarkan keterangan saksi, harimau meraung-raung dan diduga kuat antara sedang mencari anak dan akan kawin.
"Menurut saksi Sleman, Irfan sebelum mengalami penyerangan sempat berujar akan mengambil anak harimau untuk dijual ke Palembang. Ini dari kesaksian warga," kata Tito.
Peristiwa selanjutnya terjadi di dusun Pematang Bango, Curup Gare, bahwa terdapat kesaksian warga melihat anak harimau seukuran anjing dari jarak 10 meter dan jejak berdiameter 7 cm.
Kondisi tersebut menunjukkan kemunculan harimau di Tugu Rimau dan Gunung Dempo di Kantong Bukit Dingin diduga sedang mencari sesuatu karena sempat meraung.
Konflik di Kantong Jambul Patah NantiKonflik memakan korban jiwa kawasan Bukit Kantong Jambul Patah Nanti di Desa Pulau Panas Tanjung Sakti Pumi Lahat diketemukan 3 tunggul kayu dan kayu papan 17 keping. Jadi, korban diduga kuat sedang menebang pohon pada habitat harimau.
"Kemunculan harimau selanjutnya di Desa Rimba Candi, Dempo Tengah. Di mana perjumpaan langsung masyarakat yang tengah beraktivitas dalam kawasan hutan lindung," kata Tito.
Selanjutnya konflik yang mengakibatkan luka di Desa Tebat Benwa. Lokasi hanya berjarak sekitar 12 km dan diduga kuat aktivitas korban di dalam kawasan hutan lindung.
"Konflik di Kantong Jambul Patah Nanti menunjukkan aktivitas manusia dalam kawasan hutan lindung sangat berisiko menimbulkan interaksi dengan harimau. Sebab hutan lindung menjadi habitatnya," tutur Tito.
Tito menyebut aktivitas masyarakat di kawasan hutan lindung berdampak ke satwa di dalamnya. Sebab, hutan akan terdegradasi dan ruang gerak harimau semakin sempit.
Tak hanya itu, ada pula masyarakat yang bermukim di dekat kawasan hutan yang sudah beralih fungsi. Bahkan tidak jarang masyarakat berladang di wilayah jelajah harimau sumatera.
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini