Setelah kepergian Ibn Qamiah, Rasulullah sadar dari pingsannya. Namun wajahnya penuh luka. Pecahan-pecahan logam menancap di pipi putra Siti Aminah itu.
Abu 'Ubaidah terenyuh. Dia pun mendekati Nabi Muhammad SAW. "Ya Rasulullah, izinkan saya membersihkan wajah muliamu," kata Abu 'Ubaidah lirih. Suaranya tercekat, air matanya tumpah. Perang Uhud kali ini membuatnya berduka.
Rasulullah mengangguk, mengiyakan permintaan Abu 'Ubaidah. Menggunakan gigi, dia mengelurkan logam-logam itu dari pipi Rasulullah SAW.
Tak ingin tindakannya justru menimbulkan rasa sakit pada diri Rasulullah, Abu 'Ubaidah menggigit pecahan topi baja yang menonjol dari pipi Rasulullah. Setelah topi baja pecah, perlahan lahan dia keluarkan dari pipi Nabi Muhammad SAW. Beberapa kali dia lakukan hal itu hingga dua giginya tanggal sebab menggigit topi baja.
Setelah pecahan topi baja berhasil diangkat dari pipi Rasulullah SAW, Malik maju. Dia meminta izin untuk membersihkan darah dari wajah Rasulullah dengan cara menyedot.
Setelah darah tersedot, Malik merasa tak pantas untuk meludahkan darah seorang Rasul. Maka Malik pun menelan tetesan darah Rasulullah. Berulang-ulang dia lakukan itu hingga akhirnya wajah Rasulullah pun kembali cerah.
Setelah merasa segar, Rasulullah dan para sahabat bergerak ke arah tebing. Kepada pasukan Muslim yang tersisa disiarkan bahwa Rasulullah masih hidup. Seketika pasukan Muslim gembira. Meski 70 tentara Islam gugur sebagai Syuhada, Rasulullah selamat dalam Perang Uhud.
Kisah Perang Uhud ini disarikan dari: Sejarah Hidup Nabi Muhammad SAW karya Muhammad Husain Haekal, Sirah Nabawiyah karya AbdulHasan 'Ali al-Hasani an-Nadwi, Hadits Shahih Muslim nomor 3345 dan Buku Novel Biografi Muhammad SAW, Lelaki Penggenggam Hujan karya Tasaro.
(erd/nwy)